Disindir Jokowi Tak Ada Eksplorasi Besar, Ini Jawab Pertamina

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
02 May 2018 17:19
PT Pertamina (Persero) menanggapi kritikan Presiden Joko Widodo atas tidak adanya eksplorasi besar dalam waktu yang cukup lama.
Foto: Istimewa via Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia- PT Pertamina (Persero) menanggapi kritikan Presiden Joko Widodo atas tidak adanya eksplorasi besar dalam waktu yang cukup lama.

Senior Vice President Upstream Business Development Pertamina Denie Tampubolon melihat hal itu lebih sebagai arahan untuk perusahaan pelat merah tersebut. Dia menjanjikan pula, ke depan Pertamina akan lebih gencar dalam melakukan eksplorasi blok migas.



"Pertamina itu sebetulnya kalau di Indonesia, jumlah sumur eksplorasi yang kami bor itu lebih banyak dari operator-operator lain. Kami mungkin ngebor sekitar 70-80% dari sumur eksplorasi di Indonesia," ungkap Denie di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (2/5/2018).

Sepanjang tahun ini, perusahaan menarget bisa melakukan eksplorasi di sekitar 20 sumur migas. Adapun tahun lalu, perseroan telah melakukan eksplorasi sekitar 15 sumur.

Tantangan Pertamina saat ini, lanjut Denie, adalah area kerja perusahaan yang tergolong mature, bukan area baru atau green area. Hal itu membuat secara geologi, cadangan minyak yang ada terbatas.

"Tapi, kami terus melakukan revisit subsurface kami karena kan tidak menutup kemungkinan di area yang mature itu masih bisa ada potensi-potensi yang besar," jelas Denie.

Dia pun berencana untuk menginformasikan lebih jauh terkait hasil temuan cadangan minyak oleh Pertamina. Seperti pada tahun lalu, perusahaan melakukan pengeboran di cekungan yang memiliki potensi cadangan yang cukup besar di Tarakan, tepatnya Sumur Parang 1.

"Di situ kami mendapatkan 2C atau cadangan yang diambil itu lebih dari 200 juta BOEPD campuran minyak dan gas bumi," kata Denie.

Kegiatan eksplorasi sendiri berbeda dengan pengembangan lapangan migas. Denie mengatakan eksplorasi membutuhkan pemayangan konsep yang didukung oleh data. Hal itu untuk meyakinkan kegiatan pengeboran dilaksanakan, sebab biaya melakukan pengeboran tergolong mahal.

Denie mencontohkan pula, sekitar tahun 2005 Pertamina ikut dalam kegiatan eksplorasi di Selat Makassar yang sempat menghabiskan dana sekitar US$ 100 juta namun tidak ada hasil.

"[Lokasinya] di deep water, di atas US$ 100 juta biayanya. Namun memang tidak mendapatkan hasil temuan. Ya itu bagian dari bisnis kan. Karena itu Pertamina selalu melakukannya dengan hati-hati," ujar Denie.
(gus/gus) Next Article Ari Soemarno: Insentif Fiskal Pendorong Investasi Migas RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular