Rugi di SPBU, Pertamina Minta Kompensasi di Kilang

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
25 April 2018 17:19
Baru beberapa hari duduk di kursi teratas PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mulai pusing soal urusan harga minyak dan bensin.
Foto: Istimewa Facebook Pertamina
Jakarta, CNBC Indonesia- Baru beberapa hari duduk di kursi teratas PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mulai pusing soal urusan harga minyak dan bensin. Ia mengusulkan pemberian kompensasi bagi Pertamina saat membeli minyak mentah.

Nicke memaparkan selama ini Pertamina membeli harga minyak yang akan diolah di kilang mereka dengan harga pasar, per hari ini harga minyak untuk jenis WTI telah mencapai US$ 67,71 sementara Brent mencapai US$ 73,88 per barel.



Ini jauh sekali dengan asumsi APBN 2018 yang mematok ICP (Indonesian Crude Price) di angka US$ 48 per barel. "Kami usulkan dengan harga asumsi APBN, selama ini kami membeli dengan harga pasar. Kami usulkan government take 35% kilang kami gunakan crude dari porsi milik pemerintah. Ini kami sedang usulkan," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Pertamina ini di Gedung DPR, Rabu (25/4/2018).

Artinya, Pertamina meminta agar pemerintah memberi kompensasi dengan menerapkan harga khusus yakni harga yang sama dengan asumsi APBN, bukan harga pasar. Ini diyakini Nicke bisa menolong perseroan menekan beban finansial yang cukup tinggi akibat fluktuasi harga komoditas emas hitam ini.

Pertamina sebelumnya pernah menyebut kerugian mencapai Rp 3,9 triliun selama dua bulan pertama 2018 dari penyaluran bensin solar dan premium, yang harganya ditahan pemerintah meskipun harga minyak dunia terus merangkak naik.

Tidak hanya rugi penyaluran premium dan solar, pertalite pun diklaim rugi oleh Pertamin dengan tanggungan sebesar Rp 280 per liter.

Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pernah mengingatkan Pertamina bahwa pemerintah pasti memperhitungkan baik-baik kesehatan keuangan BUMN di setiap kebijakan yang diambil. Termasuk kebijakan untuk tidak naikkan harga bensin hingga 2019.

Insentif, kata Jonan, diberikan di sektor hulu dengan memberikan sekaligus Blok Mahakam dan 8 blok terminasi di tahun ini yang diperkirakan bisa mendatangkan tambahan triliunan rupiah untuk Pertamina. "Pertama blok Mahakam, itu tambahan pendapatan bersihnya saja setahun Rp 7-8 triliun. Lalu dikasih lagi 8 blok, bisa tambah Rp 1 triliun- Rp 2 triliun, jadi setahun bisa dapat Rp 10 triliun, dan itu dikasih selama 20 tahun," kata Jonan.
(gus/gus) Next Article Negara Selain Indonesia yang Masih Gunakan Bensin Premium

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular