
RI Bahas Penurunan Bea Impor dengan Afrika, Ini Kata Kadin
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
13 April 2018 20:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akan segera memulai membahas Preferential Trade Agreement (PTA) yang dibahas pemerintah RI dengan tiga negara Afrika: Maroko, Mozambik, dan Tunisia guna memperluas pasar potensial ke negara-negara baru.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan kawasan Afrika dan Asia-Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan di masa depan.
Shinta mengungkapkan bahwa Maroko sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur kereta api sepanjang lebih dari 1.300 mil yang akan menciptakan pusat pertumbuhan baru di sektor pariwisata dan jasa.
"Selain itu, saat ini produk kita dikenakan bea impor yang cukup tinggi sehingga kebanyakan ekspor Indonesia masuk melalui pihak ketiga. Kami berharap PTA ini dapat mengurangi tarif sehingga produk kita lebih kompetitif," jelas Shinta kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/4/2018).
Sementara itu, perdagangan dengan Mozambik terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan paling tajam dialami ekspor makanan yang turun dari US$ 67 juta pada 2012 menjadi hanya sekitar US$ 11 juta pada 2016.
"Sehingga kita membutuhkan PTA untuk menyegarkan kembali neraca perdagangan. Daya beli masyarakat mereka juga sedang tinggi sehingga ekspor TPT (tekstil dan produk tekstil) berpotensi besar untuk berkembang," kata Shinta.
Terakhir, Shinta mengklaim Tunisia memiliki potensi luar biasa yang belum dimaksimalkan, yakni budaya minum kopi penduduknya yang sangat kuat. Kendati demikian, Tunisia tidak banyak mengimpor kopi dari Indonesia.
"Tunisia mengimpor 60% kopi robusta dari Vietnam dan Uganda, sementara 40% arabica diimpor dari Brasil, Kolombia, Kamerun, Pantai Gading, dan Uganda. Karena itulah, kita butuh PTA untuk bersaing dengan negara-negara tersebut," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Neraca Dagang Positif, Buah dari Aturan Pengendalian Impor?
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan kawasan Afrika dan Asia-Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan di masa depan.
Shinta mengungkapkan bahwa Maroko sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur kereta api sepanjang lebih dari 1.300 mil yang akan menciptakan pusat pertumbuhan baru di sektor pariwisata dan jasa.
Sementara itu, perdagangan dengan Mozambik terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan paling tajam dialami ekspor makanan yang turun dari US$ 67 juta pada 2012 menjadi hanya sekitar US$ 11 juta pada 2016.
"Sehingga kita membutuhkan PTA untuk menyegarkan kembali neraca perdagangan. Daya beli masyarakat mereka juga sedang tinggi sehingga ekspor TPT (tekstil dan produk tekstil) berpotensi besar untuk berkembang," kata Shinta.
Terakhir, Shinta mengklaim Tunisia memiliki potensi luar biasa yang belum dimaksimalkan, yakni budaya minum kopi penduduknya yang sangat kuat. Kendati demikian, Tunisia tidak banyak mengimpor kopi dari Indonesia.
"Tunisia mengimpor 60% kopi robusta dari Vietnam dan Uganda, sementara 40% arabica diimpor dari Brasil, Kolombia, Kamerun, Pantai Gading, dan Uganda. Karena itulah, kita butuh PTA untuk bersaing dengan negara-negara tersebut," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Neraca Dagang Positif, Buah dari Aturan Pengendalian Impor?
Most Popular