Benarkah Menahan Harga BBM Tak Bantu Orang Miskin?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 April 2018 11:37
Benarkah Menahan Harga BBM Tak Bantu Orang Miskin?
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia menyebut keputusan pemerintah menahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak akan banyak membantu penduduk miskin. Lembaga multilateral itu menyebut lebih baik harga BBM disesuaikan sesuai mekanisme pasar.


Hal ini menjadi menarik untuk diulas seiring keputusan pemerintah yang berkomitmen tidak menaikkan harga bensin premium dan minyak diesel (solar) tahun ini. Ditambah lagi pemerintah juga akan mengharuskan Pertamina untuk meminta izin terlebih dulu bila ingin mengubah harga BBM non subsidi Pertamax Series.  

Benarkah menahan harga BBM tidak membantu masyarakat miskin? Dalam jangka pendek, kenaikan harga BBM biasanya justru akan menaikkan angka kemiskinan. Apalagi bila kenaikan harganya cukup signifikan. 

Misalnya pada 2005. Saat itu pemerintahan yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla menaikkan harga BBM bersubsidi sampai lebih dari 100%. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan anggaran negara dari ancaman pembengkakan defisit. 

Dampak kenaikan harga BBM biasanya tidak langsung dan dibagi dalam beberapa tahap (round). Biasanya, dampak totalnya baru terlihat sekitar setahun sesudahnya. 

Ketika harga BBM naik pada 2005, angka kemiskinan 2006 melonjak signifikan. Pada 2005, angka kemiskinan adalah 15,97% dan pada 2016 naik menjadi 17,75%. 

Jadi menahan harga BBM tidak berpengaruh banyak terhadap penduduk miskin tidak sepenuhnya benar. Sebab, kenaikan harga BBM (apalagi dalam besaran cukup tinggi) akan menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok termasuk pangan.  

Penduduk miskin yang rentan terhadap harga pangan akan terpukul saat harga sembako naik. Sebab, sekitar 70% konsumsi rumah tangga miskin adalah untuk membeli makanan.
Namun dalam jangka menengah-panjang, apa yang dikatakan Bank Dunia tidak sepenuhnya salah. Kenaikan angka kemiskinan akibat kenaikan harga BBM biasanya temporer. Setahun kemudian angka kemiskinan akan turun, karena dampak kenaikan harga hanya bersifat sekali pukul (one shot).

Benarkan Menahan Harga BBM Tak Bantu Orang Miskin?BPS
Dalam jangka menengah-panjang, upaya menahan harga BBM justru seakan memelihara api dalam sekam. Menahan harga BBM membutuhkan dana, dan itu mungkin cukup besar.

Tidak selamanya anggaran Pertamina yang kemudian merembet ke anggaran negara punya kapasitas untuk itu. Apalagi ketika kemudian harga minyak dunia naik dan nilai tukar rupiah melemah. Ini membuat biaya pengadaan BBM menjadi bertambah.

Kekuatan anggaran untuk menahan harga BBM suatu saat akan menemui batasnya. Ketika batas itu terlewati, maka pilihan yang ada hanyalah menaikkan harga. Kenaikan harga itu membuat perekonomian mengalami kejutan (shock) karena masyarakat sudah terbiasa membayar BBM dengan harga murah.

Shock ini kemudian melahirkan tekanan inflasi yang besar. Lonjakan inflasi biasanya terjadi saat pemerintah menaikkan harga BBM dalam besaran tinggi, sebagai kompensasi karena tidak ada kenaikan harga sebelumnya.

Misalnya pada 2005, kala itu inflasi meroket sampai 17,11%. Kemudian pada 2008, inflasi juga mencapai 11,06% karena pemerintah menaikkan harga bensin premium 150%. 

Kala pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dimulai pada 2015, reformasi subsidi dan harga BBM dimulai. Bensin premium tidak lagi disubsidi dan harganya bisa dievaluasi beberapa bulan sekali mengikuti perkembangan pasar. Sementara minyak solar (diesel) diberi subsidi tetap per liter.  

Dampaknya, inflasi pun terkendali karena tidak ada lonjakan harga BBM secara tiba-tiba. Dalam tiga tahun terakhir, inflasi domestik stabil di kisaran rendah 3%. 

Inflasi yang rendah membantu penurunan angka penduduk miskin. Sejak 2016, persentase penduduk miskin berada di kisaran 10% dan terus menurun. 

Jadi, di sisi ini Bank Dunia juga ada benarnya. Membuat harga BBM sesuai dengan mekanisme pasar akan menghindari kenaikan harga yang tinggi dan tiba-tiba. Inflasi pun bisa lebih terjaga, yang artinya daya beli pun tidak terlalu tergerus. 

Selain itu, dengan menyesuaikan harga BBM dengan pasar membuat anggaran Pertamina maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih sehat. Akan lebih banyak ruang untuk belanja yang lebih produktif maupun perlindungan sosial bagi mereka yang membutuhkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular