
Bank Dunia : Perang Dagang Ganggu 'Value Chain' Asia-Pasifik
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
12 April 2018 20:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Terkait meningkatnya kekhawatiran akan potensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Bank Dunia (World Bank/WB) mengingatkan belum ada satupun bea impor yang diterapkan sampai saat ini.
Meskipun begitu, AS dan China akan menjadi negara yang paling terdampak jika berbagai ancaman tarif tersebut menjadi kenyataan.
"Dampak paling besar tentu saja akan terjadi pada negara yang menerapkan tarif dan negara yang produknya dikenakan bea impor, dengan kata lain adalah perekonomian AS dan China," kata Sudhir Shetty, Kepala Ekonom kawasan Asia Timur dan Pasifik di WB, saat memberikan paparan tentang proyeksi perekonomian kawasan tersebut di Kantor WB, Kamis (12/4/2018).
Bagaimana negara Kawasan Asia-Pasifik?
Meskipun pada akhirnya produk-produk yang dikenakan tarif tersebut bisa dirakit dan diproduksi oleh industri dalam negeri AS ketimbang mengimpor dari China, tindakan tersebut tetap akan mempengaruhi rantai nilai (value chain) di kawasan Asia Timur-Pasifik.
"Kesuksesan kawasan ini berdasar pada perdagangan terbuka, serta perkembangan rantai nilai yang selama sekitar satu dekade terakhir semakin berpusat di China. Maka, penerapan tarif itu cenderung akan mengganggu rantai nilai kawasan yang bisa berdampak ke prospek pertumbuhan," kata Sudhir.
Dia mengatakan tarif tersebut juga "menyuntikkan ketidakpastian" di perekonomian global yang buruk bagi perdagangan global dan kawasan yang sangat bergantung pada perdagangan luar negeri.
"Pada akhirnya, tarif ini juga berpotensi membuat perekonomian negara maju, khususnya Amerika Serikat bakal melambat," kata Sudhir.
(dru) Next Article April Mop, Bos Bank Dunia Dikerjai Koleganya
Meskipun begitu, AS dan China akan menjadi negara yang paling terdampak jika berbagai ancaman tarif tersebut menjadi kenyataan.
"Dampak paling besar tentu saja akan terjadi pada negara yang menerapkan tarif dan negara yang produknya dikenakan bea impor, dengan kata lain adalah perekonomian AS dan China," kata Sudhir Shetty, Kepala Ekonom kawasan Asia Timur dan Pasifik di WB, saat memberikan paparan tentang proyeksi perekonomian kawasan tersebut di Kantor WB, Kamis (12/4/2018).
Meskipun pada akhirnya produk-produk yang dikenakan tarif tersebut bisa dirakit dan diproduksi oleh industri dalam negeri AS ketimbang mengimpor dari China, tindakan tersebut tetap akan mempengaruhi rantai nilai (value chain) di kawasan Asia Timur-Pasifik.
"Kesuksesan kawasan ini berdasar pada perdagangan terbuka, serta perkembangan rantai nilai yang selama sekitar satu dekade terakhir semakin berpusat di China. Maka, penerapan tarif itu cenderung akan mengganggu rantai nilai kawasan yang bisa berdampak ke prospek pertumbuhan," kata Sudhir.
Dia mengatakan tarif tersebut juga "menyuntikkan ketidakpastian" di perekonomian global yang buruk bagi perdagangan global dan kawasan yang sangat bergantung pada perdagangan luar negeri.
"Pada akhirnya, tarif ini juga berpotensi membuat perekonomian negara maju, khususnya Amerika Serikat bakal melambat," kata Sudhir.
(dru) Next Article April Mop, Bos Bank Dunia Dikerjai Koleganya
Most Popular