Internasional

Perang Dagang AS-China Memanas, Ekspor Jerman Terpuruk

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 April 2018 19:19
Pada Februari 2018, ekspor jerman hanya 104,7 miliar euro atau turun 3,2% dari Januari. Angka impor turun 1,3% dari bulan sebelumnya.
Foto: REUTERS/Axel Schmidt
Jakarta, CNBC Indonesia - Jerman mempublikasi neraca perdagangannya pada Senin (9/4/2018). Hasilnya, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa ini, mencatatkan perlambatan pertumbuhan yang terendah sejak 2009.

Angka tersebut, disebut analis merupakan penurunan yang mengecewakan, kemungkinan merupakan tanda bahwa ekonomi Jerman telah mencapai puncaknya seiring dengan melemahnya sentimen, meskipun pelemahan ini datang di tingkat yang sangat tinggi.

Angka tersebut datang ditengah meningkatnya perang tarif bea masuk diantara AS dan China, dimana Jerman diperkirakan paling banyak dirugikan.

China telah mengumumkan penerapan tarif 25% atas ekspor mobil AS, dimana sebagian besar perusahaan pembuat mobil dan eksportir di AS berasal dari Jerman.

Data terbaru yang dirilis pada hari Senin menunjukkan penurunan ekpor Jerman sebesar 104,7 miliar euro (US$128,6 miliar/ sekitar Rp 1.770 triliun) pada bulan Februari, turun 3,2% dari Januari, meskipun naik 2,4% dari periode yang sama di tahun 2017. Angka impor turun 1,3% dibandingkan bulan sebelumnya, namun naik 4,7% year-on-year. Secara keseluruhan, surplus neraca perdagangan negara naik dari 17,3 miliar euro pada bulan Januari menjadi 18,4 miliar euro di bulan Februari.

"Angka dua bulan pertama tahun 2018 telah mengecewakan," ujar Carsten Brzeski, kepala ekonom untuk Jerman dan Austria di ING dalam risetnya. Ia menganggap angka yang mengecewakan ini dipengaruhi faktor musiman, yaitu musim dingin dan wabah flu.

Namun, ia juga menggaris bawahi kuatnya konsisi fundamental ekonomi Jerman yang tercermin dari tingginya penyerapan tenaga kerja, tingkat suku bunga yang rendah, dan tingginya tingkat pemesanan (barang-barang dari perusahaan). Hal ini mengindikasikan cerahnya prospek ekonomi Jerman, setidaknya dalam jangka pendek.

Namun, Brzeski menambahkan bahwa risiko bagi ekonomi Jerman telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, mengutip CNBC International.
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular