
Ancaman Dagang China Justru Rugikan Otomotif Jerman
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
06 April 2018 13:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Bea impor yang China berlakukan terhadap produsen otomotif Amerika Serikat (AS) justru akan lebih merugikan raksasa otomotif Jerman BMW dan Daimler. Hal ini mengacu kepada sebuah riset terbaru.
China telah mengancam tarif terbaru terhadap 106 produk AS. Tindakan China ini dipandang sebagai respon terhadap daftar produk impornya yang menjadi target pengenaan tarif oleh Presiden AS Donald Trump. China sudah memberlakukan cukai sebesar 25% untuk semua mobil yang diimpor secara global. Kini, Negara Tirai Bambu itu mengancam cukai tambahan sebesar 25% untuk kendaraan yang dirakit di AS.
Para analis di perusahaan investasi Evercore ISI mengatakan pada hari Rabu (4/4/2018), "kesimpulan tumpulnya" adalah tarif otomotif tambahan sebesar 25% tersebut akan memberi dampak sebesar US$1,73 miliar (Rp 23,8 triliun) terhadap perusahaan otomotif BMW dan Daimler, pemilik merek Mercedes, asal Jerman tahun ini.
Maka dari itu, cekcok dagang yang sedang berlangsung nampaknya akan menarik tiga negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yaitu AS, China dan sekarang Uni Eropa.
Melansir dari CNBC Internasional, catatan tersebut juga menambahkan bahwa Ford, Fiat Chrysler dan GM tidak akan terpengaruh secara luas karena mereka merakit sebagian besar produk untuk China di negara itu juga.
Tentang dampak negatif, Evercore mengklaim BMW akan mendapatkan porsi kerugian yang lebih banyak dengan potensi kerugian mencapai U$ 965 juta di tahun 2018 jika tarif tersebut diterapkan. Untuk memperoleh jumlah tersebut, para analis mengkalkulasikan bahwa BMW akan menghasilkan hampir U$ 4 miliar dari penjualan mobil yang dirakit di AS dan dikirimkan ke China. Analisis tersebut mengasumsikan harga transaksi senilai U$ 60.000 per mobil.
BMW Group, yang menjual hampir 2,5 juta mobil secara global di tahun 2017, tidak memberikan komentar saat dihubungi oleh CNBC Internasional.
Untuk Daimler, ongkos yang dikeluarkan di tahun 2018 adalah 765 juta berdasarkan 51.000 kendaraan yang diekspor ke China. Para analis kembali berasumsi bahwa harga rata-rata transaksinya adalah $60.000 dan pemasukan tahunannya melebihi $3 miliar.
Daimler berkata kepada CNBC Internasional pihaknya tidak akan berkomentar tentang spekulasi pasar atau negosiasi antara China dan AS yang sedang berjalan. Perusahaan mengatakan pihaknya "memantau situasi dengan ketat".
Masalah Tesla
Produsen kendaraan listrik asal AS, Tesla, tidak memberi informasi tentang jumlah pengiriman ke China. Namun, perusahaan itu memberikan data pendapatan yang menunjukkan penjualan sekitar U$ 2 miliar di tahun 2017. Menurut Evercore, maka dari itu Tesla bisa kalah telak dengan potensi dampak tarif yang bisa mencapai U$ 507 juta di tahun 2018.
Tesla dikabarkan sepakati dengan pemerintah China untuk membangun sebuah pabrik di Shanghai, namun belum ada rencana konkrit yang diumumkan seraya beberapa pihak mengatakan Beijing ingin memberlakukan peraturan tentang usaha gabungan (joint venture).
Perusahaan otomotif lain asal AS yaitu Fiat Chrysler dan Ford sudah memiliki pabrik manufaktur di China, maka dari itu mereka dianggap relatif aman dari rentetan ancaman dagang belakangan ini. Evercore mengestimasi Ford hanya akan mengimpor kurang dari 19.000 mobil ke China tahun ini dengan harga transaksi rata-rata $32.000. Total potensi dampak kerugian terhadap tarif terbaru itu pun hanya akan sebesar $151 juta.
Sementara itu, situasi bisa kurang dramatis untuk Fiat Chrysler Autos. Evercore memprediksi potensi dampak kerugian perusahaan itu di tahun 2018 hanya sekitar $80 juta. Menurut Evercore, GM tidak akan mengekspor mobil dari AS ke China di tahun 2018 ini.
(dru) Next Article Searah Nih Ye... AS-China Telponan Bahas Tarif Perang Dagang
China telah mengancam tarif terbaru terhadap 106 produk AS. Tindakan China ini dipandang sebagai respon terhadap daftar produk impornya yang menjadi target pengenaan tarif oleh Presiden AS Donald Trump. China sudah memberlakukan cukai sebesar 25% untuk semua mobil yang diimpor secara global. Kini, Negara Tirai Bambu itu mengancam cukai tambahan sebesar 25% untuk kendaraan yang dirakit di AS.
Para analis di perusahaan investasi Evercore ISI mengatakan pada hari Rabu (4/4/2018), "kesimpulan tumpulnya" adalah tarif otomotif tambahan sebesar 25% tersebut akan memberi dampak sebesar US$1,73 miliar (Rp 23,8 triliun) terhadap perusahaan otomotif BMW dan Daimler, pemilik merek Mercedes, asal Jerman tahun ini.
Melansir dari CNBC Internasional, catatan tersebut juga menambahkan bahwa Ford, Fiat Chrysler dan GM tidak akan terpengaruh secara luas karena mereka merakit sebagian besar produk untuk China di negara itu juga.
Tentang dampak negatif, Evercore mengklaim BMW akan mendapatkan porsi kerugian yang lebih banyak dengan potensi kerugian mencapai U$ 965 juta di tahun 2018 jika tarif tersebut diterapkan. Untuk memperoleh jumlah tersebut, para analis mengkalkulasikan bahwa BMW akan menghasilkan hampir U$ 4 miliar dari penjualan mobil yang dirakit di AS dan dikirimkan ke China. Analisis tersebut mengasumsikan harga transaksi senilai U$ 60.000 per mobil.
BMW Group, yang menjual hampir 2,5 juta mobil secara global di tahun 2017, tidak memberikan komentar saat dihubungi oleh CNBC Internasional.
Untuk Daimler, ongkos yang dikeluarkan di tahun 2018 adalah 765 juta berdasarkan 51.000 kendaraan yang diekspor ke China. Para analis kembali berasumsi bahwa harga rata-rata transaksinya adalah $60.000 dan pemasukan tahunannya melebihi $3 miliar.
Daimler berkata kepada CNBC Internasional pihaknya tidak akan berkomentar tentang spekulasi pasar atau negosiasi antara China dan AS yang sedang berjalan. Perusahaan mengatakan pihaknya "memantau situasi dengan ketat".
Masalah Tesla
Produsen kendaraan listrik asal AS, Tesla, tidak memberi informasi tentang jumlah pengiriman ke China. Namun, perusahaan itu memberikan data pendapatan yang menunjukkan penjualan sekitar U$ 2 miliar di tahun 2017. Menurut Evercore, maka dari itu Tesla bisa kalah telak dengan potensi dampak tarif yang bisa mencapai U$ 507 juta di tahun 2018.
Tesla dikabarkan sepakati dengan pemerintah China untuk membangun sebuah pabrik di Shanghai, namun belum ada rencana konkrit yang diumumkan seraya beberapa pihak mengatakan Beijing ingin memberlakukan peraturan tentang usaha gabungan (joint venture).
Perusahaan otomotif lain asal AS yaitu Fiat Chrysler dan Ford sudah memiliki pabrik manufaktur di China, maka dari itu mereka dianggap relatif aman dari rentetan ancaman dagang belakangan ini. Evercore mengestimasi Ford hanya akan mengimpor kurang dari 19.000 mobil ke China tahun ini dengan harga transaksi rata-rata $32.000. Total potensi dampak kerugian terhadap tarif terbaru itu pun hanya akan sebesar $151 juta.
Sementara itu, situasi bisa kurang dramatis untuk Fiat Chrysler Autos. Evercore memprediksi potensi dampak kerugian perusahaan itu di tahun 2018 hanya sekitar $80 juta. Menurut Evercore, GM tidak akan mengekspor mobil dari AS ke China di tahun 2018 ini.
(dru) Next Article Searah Nih Ye... AS-China Telponan Bahas Tarif Perang Dagang
Most Popular