
Mengapa Cadangan Minyak Indonesia Kalah dengan Malaysia?
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
27 March 2018 18:56

Jakarta, CNBC Indonesia- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyebut cadangan minyak dalam negeri hanya tersisa hingga 2030 dengan asumsi produksi di 800.000 barel per hari tanpa adanya temuan cadangan baru.
Berdasarkan data dari BP, cadangan minyak terbukti Indonesia terus menunjukkan penurunan secara signifikan dari tahun ke tahun, bahkan hingga kalah dari negara tetangga Malaysia dan Vietnam.
Pada tahun 2000, cadangan minyak Indonesia terbukti masih berada di kisaran 5,12 miliar barel, jauh mengungguli Malaysia (4,53 miliar barel) dan Vietnam (1,95 miliar barel). Namun, 16 tahun kemudian keadaannya berbalik 180 derajat, dimana cadangan Vietnam dan Malaysia mampu mengungguli Indonesia.
Pada tahun 2016, cadangan minyak terbukti Vietnam dan Malaysia masing-masing tercatat sebesar 4,40 miliar dan 3,60 miliar barel, sementara cadangan Indonesia hanya tersisa 3,31 miliar barel. Bahkan, menurut Handbook of Energy and Economics Statistics of Indonesia 2017, cadangan minyak terbukti Indonesia kembali turun pada tahun 2017, menjadi 3,17 miliar barel.
Lantas, faktor-faktor apa yang mendorong Indonesia terancam mengalami krisis minyak? Pertama, terus berkurangnya aktivitas eksplorasi Indonesia. Jumlah sumur eksplorasi turun drastis dari 64 sumur di tahun 2014 menjadi 35 sumur pada 2015. Sebagai tambahan, hanya ada 2 (dua) sumur offshore yang dibor pada tahun 2015.
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2017 jumlah sumur eksplorasi mampu bertambah menjadi 48 sumur. Namun demikian, jumlah tersebut hanya sebesar 50% dari capaian tahun 2012 sebesar 96 sumur. Hal itu mengindikasikan aktivitas eksplorasi Indonesia yang cenderung melemah.
Kedua, sumber energi fosil (khususnya minyak bumi) masih dominan sebagai sumber energi utama, sementara pemanfaatan energi baru dan terbarukan masih minim. Berdasarkan data Kementerian ESDM, pasokan energi primer masih didominasi oleh sumber minyak mentah dan produk minyak. Pada tahun 2016, sumber minyak dan produk minyak menyumbang 32% dari total pasokan energi nasional, yakni mencapai 498,66 juta barrel oil equivalent (BOE).
Sisanya, pasokan energi nasional berasal dari sumber batu bara (24,43%), gas alam dan produknya (18,53%), biomassa (19,74%), hydropower (2,89%), geotermal (1,13%), dan biofuel (1,25%).
Dalam rangka mencegah potensi krisis minyak pada 2030, SKK Migas mengaku akan lebih masif dalam melakukan eksplorasi migas, khususnya di wilayah kerja (WK) yang belum terjamah sama sekali atau belum tergarap. Selain itu, SKK juga akan mengkaji penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) atau metode pengurasan sumur minyak.
Sebagai tambahan, pengamat energi Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto juga menggarisbawahi usaha pemerintah untuk mendatangkan investor ke dalam negeri. Pasalnya, Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi memang tidak mendapat anggaran yang besar dari Kementerian Keuangan. Sebab investasi yang dibutuhkan tergolong tidak sedikit dan memiliki tingkat risiko tinggi.
Terlebih, cadangan minyak yang besar diestimasi berada di wilayah lautan dalam di Indonesia Bagian Timur, sehingga membutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah harus benar-benar menciptakan kemudahan dalam berinvestasi, salah satunya didukung oleh kepastian regulasi. **
(gus/gus) Next Article Ini Kunci Agar Cadangan Minyak Indonesia Tidak Habis di 2030
Berdasarkan data dari BP, cadangan minyak terbukti Indonesia terus menunjukkan penurunan secara signifikan dari tahun ke tahun, bahkan hingga kalah dari negara tetangga Malaysia dan Vietnam.
Pada tahun 2000, cadangan minyak Indonesia terbukti masih berada di kisaran 5,12 miliar barel, jauh mengungguli Malaysia (4,53 miliar barel) dan Vietnam (1,95 miliar barel). Namun, 16 tahun kemudian keadaannya berbalik 180 derajat, dimana cadangan Vietnam dan Malaysia mampu mengungguli Indonesia.
![]() |
Lantas, faktor-faktor apa yang mendorong Indonesia terancam mengalami krisis minyak? Pertama, terus berkurangnya aktivitas eksplorasi Indonesia. Jumlah sumur eksplorasi turun drastis dari 64 sumur di tahun 2014 menjadi 35 sumur pada 2015. Sebagai tambahan, hanya ada 2 (dua) sumur offshore yang dibor pada tahun 2015.
![]() |
Mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada tahun 2017 jumlah sumur eksplorasi mampu bertambah menjadi 48 sumur. Namun demikian, jumlah tersebut hanya sebesar 50% dari capaian tahun 2012 sebesar 96 sumur. Hal itu mengindikasikan aktivitas eksplorasi Indonesia yang cenderung melemah.
Kedua, sumber energi fosil (khususnya minyak bumi) masih dominan sebagai sumber energi utama, sementara pemanfaatan energi baru dan terbarukan masih minim. Berdasarkan data Kementerian ESDM, pasokan energi primer masih didominasi oleh sumber minyak mentah dan produk minyak. Pada tahun 2016, sumber minyak dan produk minyak menyumbang 32% dari total pasokan energi nasional, yakni mencapai 498,66 juta barrel oil equivalent (BOE).
![]() |
Sisanya, pasokan energi nasional berasal dari sumber batu bara (24,43%), gas alam dan produknya (18,53%), biomassa (19,74%), hydropower (2,89%), geotermal (1,13%), dan biofuel (1,25%).
Dalam rangka mencegah potensi krisis minyak pada 2030, SKK Migas mengaku akan lebih masif dalam melakukan eksplorasi migas, khususnya di wilayah kerja (WK) yang belum terjamah sama sekali atau belum tergarap. Selain itu, SKK juga akan mengkaji penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) atau metode pengurasan sumur minyak.
Sebagai tambahan, pengamat energi Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto juga menggarisbawahi usaha pemerintah untuk mendatangkan investor ke dalam negeri. Pasalnya, Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi memang tidak mendapat anggaran yang besar dari Kementerian Keuangan. Sebab investasi yang dibutuhkan tergolong tidak sedikit dan memiliki tingkat risiko tinggi.
Terlebih, cadangan minyak yang besar diestimasi berada di wilayah lautan dalam di Indonesia Bagian Timur, sehingga membutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Oleh karena itu, pemerintah harus benar-benar menciptakan kemudahan dalam berinvestasi, salah satunya didukung oleh kepastian regulasi. **
(gus/gus) Next Article Ini Kunci Agar Cadangan Minyak Indonesia Tidak Habis di 2030
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular