
Cadangan Minyak Habis 2030, SKK Migas: Harapan di Pertamina
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
27 March 2018 14:12

Jakarta, CNBC Indonesia- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku akan lebih masif dalam melakukan eksplorasi migas, khususnya minyak bumi yang diprediksi cadangannya akan habis pada 2030 bila tak ada penemuan baru.
Sekretaris SKK Migas Arief Setiawan Handoko menyebut hari ini Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar juga menyambangi SKK Migas untuk membahas hal tersebut. Arcandra, kata Arief sempat meminta pula ada tindakan eksplorasi secara masif dalam waktu dekat.
"Jadi, kami diminta dan akan eksplorasi lebih di wilayah kerja yang belum terjamah sama sekali atau yang belum tergarap, di satu sisi kami juga minta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) untuk efisiensi cost recovery," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/3/2018).
Arief belum bisa memastikan kapan eksplorasi yang lebih masif itu akan dilakukan, namun dia pastikan secepatnya. Penerapan enhanced oil recovery (EOR) atau metode pengurasan sumur minyak pun sedang dikaji.
"Pengaplikasian EOR terus dikaji karena itu kan berbeda-beda di setiap lapangan,"ujar Arief.
Hasil dari eksplorasi masif tadi, kata Arief, memang baru akan bisa dilihat hasilnya sekitar 5 tahun setelah eksplorasi. Kalkulasi cadangan minyak pun baru akan bisa dihitung nanti.
"Sampai saat ini, kami yakin kalau itu bisa diatasi dengan eksplorasi lebih, sudah pasti itu, 2030 kan masih 12 tahun dari sekarang," tuturnya.
Arief mengaku menaruh harapan juga kepada anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yaitu Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi (PHR) untuk bisa meningkatkan eksplorasi. Sebab, bila national oil company (NOC) sudah terlihat usahanya, hal tersebut bisa diikuti oleh kontraktor swasta atau asing.
"Kami sangat berharap bisa menemukan lagi seperti lapangan Duri di Blok Rokan oleh Chevron. Blok minyak itu besar dan menjadi kebanggaan kita dulu," ungkap Arief.
Arief sendiri menyebut pemerintah terus mendorong Pertamina untuk mengelola blok migas dalam negeri, dengan memberi penawaran terebih dahulu kepada perusahaan plat merah itu.
Dia mencontohkan, delapan blok terminasi tahun ini semua telah diterima oleh Pertamina. Saat ini Pertamina secara business to business masih dalam proses penentuan hak partisipasi mitra.
Porsi Pertamina atas pengelolaan Blok Migas saat ini, lanjut Arief, berkisar 21% dari total blok migas yang beroperasi. Jumlah itu dihitung dari pengalokasian cost recovery saat ini kepada Pertamina.
"Tidak ada target pasti porsi pengeolaan blok migas oleh Pertamina ke depan, namun pemerintah selalu menawarkan dan pasti akan terus bertambah," tutup Arief.
(gus/gus) Next Article Ini Kunci Agar Cadangan Minyak Indonesia Tidak Habis di 2030
Sekretaris SKK Migas Arief Setiawan Handoko menyebut hari ini Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar juga menyambangi SKK Migas untuk membahas hal tersebut. Arcandra, kata Arief sempat meminta pula ada tindakan eksplorasi secara masif dalam waktu dekat.
Arief belum bisa memastikan kapan eksplorasi yang lebih masif itu akan dilakukan, namun dia pastikan secepatnya. Penerapan enhanced oil recovery (EOR) atau metode pengurasan sumur minyak pun sedang dikaji.
"Pengaplikasian EOR terus dikaji karena itu kan berbeda-beda di setiap lapangan,"ujar Arief.
Hasil dari eksplorasi masif tadi, kata Arief, memang baru akan bisa dilihat hasilnya sekitar 5 tahun setelah eksplorasi. Kalkulasi cadangan minyak pun baru akan bisa dihitung nanti.
"Sampai saat ini, kami yakin kalau itu bisa diatasi dengan eksplorasi lebih, sudah pasti itu, 2030 kan masih 12 tahun dari sekarang," tuturnya.
Arief mengaku menaruh harapan juga kepada anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yaitu Pertamina EP dan Pertamina Hulu Energi (PHR) untuk bisa meningkatkan eksplorasi. Sebab, bila national oil company (NOC) sudah terlihat usahanya, hal tersebut bisa diikuti oleh kontraktor swasta atau asing.
"Kami sangat berharap bisa menemukan lagi seperti lapangan Duri di Blok Rokan oleh Chevron. Blok minyak itu besar dan menjadi kebanggaan kita dulu," ungkap Arief.
Arief sendiri menyebut pemerintah terus mendorong Pertamina untuk mengelola blok migas dalam negeri, dengan memberi penawaran terebih dahulu kepada perusahaan plat merah itu.
Dia mencontohkan, delapan blok terminasi tahun ini semua telah diterima oleh Pertamina. Saat ini Pertamina secara business to business masih dalam proses penentuan hak partisipasi mitra.
Porsi Pertamina atas pengelolaan Blok Migas saat ini, lanjut Arief, berkisar 21% dari total blok migas yang beroperasi. Jumlah itu dihitung dari pengalokasian cost recovery saat ini kepada Pertamina.
"Tidak ada target pasti porsi pengeolaan blok migas oleh Pertamina ke depan, namun pemerintah selalu menawarkan dan pasti akan terus bertambah," tutup Arief.
(gus/gus) Next Article Ini Kunci Agar Cadangan Minyak Indonesia Tidak Habis di 2030
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular