
PLN Masih Andalkan BBM untuk Listriki Kawasan Tertentu
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
22 March 2018 20:47

Jakarta, CNBC Indonesia- Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027 beberapa lokasi di Indonesia terlihat masih mengandalkan pembangkit berbahan bakar minyak untuk mengalirkan listrik.
PT PLN (Persero) mengaku sulit memangkas penggunaan bahan bakar minyak (BBM) secara langsung sebagai bahan baku pembangkit listrik. Sebab diperlukan proses yang lama untuk membangun pembangkit seperti PLTU, dan justru akan memakan biaya lebih tinggi.
Direktur Perencanaan PLN Syofvi Roekman menyebut hal itu terjadi salah satunya di kawasan Nias yang dalam rencana didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) serta Mesin Diesel (PLTMD).
"Nias posisinya unik, mau tambah gas ongkos angkut tinggi, harga gas juga tinggi. Pakai PLTU lebih sulit lagi. Menarik kalau kita pasang solar PV, tapi harus tetap pasang diesel," ungkap Syofvi di Kantor Pusat PLN, Kamis (22/3/2018).
Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga membutuhkan baterai yang berpotensi meningkatkan biaya lagi, sebab harga baterai untuk pembangkit ini termasuk mahal.
Sebenarnya, kata Syofvi, dalam RUPTL 2018-2027 pun terlihat penggunaan diesel menurun, yaitu tinggal 4,2% di tahun 2018. Itu jelas turun dibandingkan dengan realisasi pada 2017 yang sebesar 5,99%.
PLTD pun diperlukan untuk menyokong PLTS yang belum stabil. "Bila terjadi black out kami harus mulai black start, beberapa butuh (BBM) startnya. Jadi BBM kita pertahankan untuk itu," jelas Syofvi.
(gus/gus) Next Article Batu Bara Siap-siap Tergusur, 75% Listrik RI Bakal dari EBT
PT PLN (Persero) mengaku sulit memangkas penggunaan bahan bakar minyak (BBM) secara langsung sebagai bahan baku pembangkit listrik. Sebab diperlukan proses yang lama untuk membangun pembangkit seperti PLTU, dan justru akan memakan biaya lebih tinggi.
"Nias posisinya unik, mau tambah gas ongkos angkut tinggi, harga gas juga tinggi. Pakai PLTU lebih sulit lagi. Menarik kalau kita pasang solar PV, tapi harus tetap pasang diesel," ungkap Syofvi di Kantor Pusat PLN, Kamis (22/3/2018).
Selain itu, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga membutuhkan baterai yang berpotensi meningkatkan biaya lagi, sebab harga baterai untuk pembangkit ini termasuk mahal.
Sebenarnya, kata Syofvi, dalam RUPTL 2018-2027 pun terlihat penggunaan diesel menurun, yaitu tinggal 4,2% di tahun 2018. Itu jelas turun dibandingkan dengan realisasi pada 2017 yang sebesar 5,99%.
PLTD pun diperlukan untuk menyokong PLTS yang belum stabil. "Bila terjadi black out kami harus mulai black start, beberapa butuh (BBM) startnya. Jadi BBM kita pertahankan untuk itu," jelas Syofvi.
(gus/gus) Next Article Batu Bara Siap-siap Tergusur, 75% Listrik RI Bakal dari EBT
Most Popular