
RI Krisis Garam, Industri Rumahkan Ribuan Karyawan
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
20 March 2018 16:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri mulai merumahkan karyawan karena terpaksa menghentikan produksi akibat kekurangan bahan baku garam.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan satu pabrik di Batam telah mengurangi karyawan dari 3.000 orang menjadi hanya 1.800 orang.
"Kami merekomendasikan impor sebanyak 676.000 ton untuk 27 sektor industri yang sudah kritis di mana beberapa sudah menghentikan produksi. Seperti di Batam, ada pabrik yang tadinya ada 3.000 pegawai hanya tinggal 1.800 pegawai," jelas Sigit dalam konferensi pers di Kementerian Perindustrian, Selasa (20/3/2018).
Dia menjabarkan 27 sektor industri tersebut meliputi industri kertas, farmasi, serta pengolah garam untuk menyuplai garam ke industri makanan dan minuman.
Dalam dua tahun terakhir, suplai garam lokal bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan industri mamin termasuk pengasinan ikan. "Tahun 2016 produksi [garam] kita 200.000 ton saja karena terkendala cuaca, lalu 2017 hanya 900.000 ton.
Bahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan harus impor garam konsumsi 150.000 ton. Jadi, industri mamin tadi banyak sekali yang tidak bisa produksi [karena kekurangan garam]," ujar Sigit.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menyebutkan beberapa industri mamin yang sudah kritis antara lain industri mie instan, bumbu masakan, serta pabrik-pabrik pengolahan garam (refinery) itu sendiri.
"Banyak industri yang stoknya hanya tersisa untuk 1-2 minggu lagi. Akhirnya yang dimungkinkan adalah pinjam meminjam stok garam antar pabrik," kata Adhi.
(ray/ray) Next Article Kemenko Maritim: 400 Perusahaan Butuh Garam Impor
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan satu pabrik di Batam telah mengurangi karyawan dari 3.000 orang menjadi hanya 1.800 orang.
"Kami merekomendasikan impor sebanyak 676.000 ton untuk 27 sektor industri yang sudah kritis di mana beberapa sudah menghentikan produksi. Seperti di Batam, ada pabrik yang tadinya ada 3.000 pegawai hanya tinggal 1.800 pegawai," jelas Sigit dalam konferensi pers di Kementerian Perindustrian, Selasa (20/3/2018).
Dia menjabarkan 27 sektor industri tersebut meliputi industri kertas, farmasi, serta pengolah garam untuk menyuplai garam ke industri makanan dan minuman.
Dalam dua tahun terakhir, suplai garam lokal bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan industri mamin termasuk pengasinan ikan. "Tahun 2016 produksi [garam] kita 200.000 ton saja karena terkendala cuaca, lalu 2017 hanya 900.000 ton.
Bahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan harus impor garam konsumsi 150.000 ton. Jadi, industri mamin tadi banyak sekali yang tidak bisa produksi [karena kekurangan garam]," ujar Sigit.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman menyebutkan beberapa industri mamin yang sudah kritis antara lain industri mie instan, bumbu masakan, serta pabrik-pabrik pengolahan garam (refinery) itu sendiri.
"Banyak industri yang stoknya hanya tersisa untuk 1-2 minggu lagi. Akhirnya yang dimungkinkan adalah pinjam meminjam stok garam antar pabrik," kata Adhi.
(ray/ray) Next Article Kemenko Maritim: 400 Perusahaan Butuh Garam Impor
Most Popular