
Hati-hati, Student Loan Berisiko Tinggi
gita rossiana, CNBC Indonesia
16 March 2018 17:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Student loan atau kredit untuk mahasiswa atau khusus pendidikan dinilai berisiko tinggi. Oleh karena itu risiko tersebut harus dimitigasi terlebih dahulu sebelum diimplementasikan di Indonesia.
Pengamat Ekonomi dari PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual menjelaskan, student loan bisa menyebabkan kredit macet apabila selepas menempuh pendidikan, pelajar tidak mendapat pekerjaan.
"Kalau tidak mendapat pekerjaan bagaimana bisa membayar angsuran, ini yang menyebabkan NPL (Kredit Bermasalah)," terang dia melalui sambungan telepon pada Jumat (16/3/2018).
Melihat hal ini, menurut David, Indonesia perlu berkaca pada praktik yang ada di luar negeri. Misalnya di Eropa, pemerintah negara tersebut ikut terlibat dalam student loan dan memberikan keringanan apabila pelajar yang tamat sekolah belum mendapat pekerjaan.
"Jadi, kalau belum mendapat pekerjaan, tidak usah bayar angsuran dulu," ujar dia.
Namun di Amerika Serikat, implementasi student loan sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta. Melihat hal ini, menurut David sebaiknya Indonesia bisa menggabungkan implementasi yang sudah ada.
Dia menjelaskan, bank di Indonesia bisa bekerjasama dengan perusahaan yang ingin merekrut karyawan. Melalui kerjasama ini, bank bisa memitigasi risiko pelajar tidak mendapat pekerjaan.
"Suku bunga pun bisa ditekan rendah karena risiko sudah dimitigasi," terang dia
Sejauh ini, bank-bank di Indonesia menurut dia sudah mulai menyalurkan kredit pendidikan, namun dalam bentuk kredit tanpa agunan (KTA). Namun ada lembaga lain yang khusus menginisiasi student loan ini.
"Saya lihat justru Fintech yang menginisiasi," ucap dia.
(dru) Next Article Jokowi Minta Bank RI Salurkan 'Student Loan', Bisakah?
Pengamat Ekonomi dari PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual menjelaskan, student loan bisa menyebabkan kredit macet apabila selepas menempuh pendidikan, pelajar tidak mendapat pekerjaan.
"Kalau tidak mendapat pekerjaan bagaimana bisa membayar angsuran, ini yang menyebabkan NPL (Kredit Bermasalah)," terang dia melalui sambungan telepon pada Jumat (16/3/2018).
"Jadi, kalau belum mendapat pekerjaan, tidak usah bayar angsuran dulu," ujar dia.
Namun di Amerika Serikat, implementasi student loan sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta. Melihat hal ini, menurut David sebaiknya Indonesia bisa menggabungkan implementasi yang sudah ada.
Dia menjelaskan, bank di Indonesia bisa bekerjasama dengan perusahaan yang ingin merekrut karyawan. Melalui kerjasama ini, bank bisa memitigasi risiko pelajar tidak mendapat pekerjaan.
"Suku bunga pun bisa ditekan rendah karena risiko sudah dimitigasi," terang dia
Sejauh ini, bank-bank di Indonesia menurut dia sudah mulai menyalurkan kredit pendidikan, namun dalam bentuk kredit tanpa agunan (KTA). Namun ada lembaga lain yang khusus menginisiasi student loan ini.
"Saya lihat justru Fintech yang menginisiasi," ucap dia.
(dru) Next Article Jokowi Minta Bank RI Salurkan 'Student Loan', Bisakah?
Most Popular