
Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil Trump

Jika ditelisik lebih jauh, produsen otomotif Uni Eropa membukukan nilai perdagangan sekitar US$57 miliar (Rp 784,2 triliun) di AS pada tahun lalu. Angka itu setara dengan seperempat dari total ekspor otomotif mereka ke seluruh dunia yang mencapai US$230 miliar.
Pihak yang berpeluang paling dirugikan berturut-turut (berdasarkan volume penjualan mobilnya di AS) adalah Jerman, Inggris, Swedia, dan Italia.
![]() |
Pengenaan tarif pajak mobil terhadap pabrikan Eropa ini terhitung aneh dalam kaca-mata perdagangan. Pangsa pasar mereka di AS dari sisi volume penjualan tidaklah seberapa, yakni hanya 1,6 juta unit dari pasar penjualan otomotif AS yang totalnya mencapai 17,13 juta.
Betul bahwa negara adidaya tersebut merupakan pasar penting mobil-mobil Eropa, tetapi mereka menyasar pasar mobil mewah (dan bahkan super mewah) yang cenderung berbeda dari pabrikan mobil AS. Artinya, tidak ada pemain otomotif domestik di AS yang perlu dilindungi oleh Trump.
Ini menunjukkan bahwa keputusan Trump lebih didorong alasan politis yakni menunjukkan bahwa pemerintahannya saat ini pro pada kepentingan “rakyat” AS, ketimbang pertimbangan bisnis seperti penciptaan iklim persaingan sehat. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan bahwa masa di mana negara AS dirugikan oleh “pemimpinnya yang bodoh” tidak akan terulang lagi.
Namun perlu dicatat, rencana tersebut bakal mengundang risiko berupa aksi balasan dari pihak Uni Eropa. Mereka mengancam akan mengejar pajak perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Google, Facebook, dan Amazon di zona Euro.
Merespon pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium oleh Trump pekan lalu, Kepala Komisi Perdagangan Uni Eropa Jean-Claude Juncker berjanji akan membalas kebijakan proteksionistis Trump dengan mengenakan tarif serupa pada produk AS yang diekspor ke Eropa Barat, seperti misalnya celana jeans Levi’s, motor gedhe (moge) Harley Davidson, dan whisky Bourbon.***