Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil Trump

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
04 March 2018 16:30
Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil Trump
Ilustrasi: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif impor terhadap mobil produksi negara-negara Uni Eropa. Jerman dipastikan menjadi negara yang paling dirugikan oleh kebijakan proteksionistis tersebut.

Jerman dan Inggris masing-masing memiliki enam produk yang dijual ke negara adidaya tersebut. Italia menyusul di posisi ketiga dengan lima merek mobil. Secara total, 18 merek mobil Eropa akan memikul konsekuensi negatif akibat kebijakan Trump tersebut.
Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil TrumpSumber: ANDC, diolah
Ditilik dari sisi bisnis, kebijakan Trump ini berpeluang memberi angin segar bagi produsen-produsen mobil sport dan mobil mewah yang berbasis di AS dan Jepang, seperti Fiat Chrysler (AS), Lexus (Toyota, Jepang), dan Subaru (Jepang). 

Alasannya, 17 dari 18 pabrikan Eropa tersebut memproduksi mobil-mobil sport dan mewah seperti Maseratti, Ferrari, McLaren, Rolls Royce, dll. Smart menjadi satu-satunya produsen mobil untuk segmen menengah dengan brand efisiensi dan irit bahan bakar.

Dengan pengenaan pajak terhadap mobil-mobil pabrikan Eropa, dapat dipastikan kompetitor mereka yakni pabrikan AS dan Jepang yang saat ini sudah menguasai pasar AS akan mendapatkan keunggulan kompetitif berupa harga jual yang lebih bersaing.

Jika diperhatikan, pasar mobil Eropa Barat di AS sebenarnya sangat kecil, yakni di bawah 10% dari total mobil yang dijual oleh negara-negara Eurozone tersebut di negara Paman Sam. Secara total, gabungan 18 pabrikan negara Uni Eropa pada tahun lalu hanya menguasai sekitar 8,9% pasar otomotif AS.

Pangsa pasar berdasarkan jumlah volume penjualan tersebut jauh masih kecil dari pangsa pasar Honda yang mencapai 9,6%, dan bahkan cuma separuh dari pangsa pasar pemimpin pasar otomotif AS yakni General Motors (GM) sebesar 17,6%.

Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil TrumpSumber: Statista

Dari daftar tersebut, hanya dua pabrikan Eropa Barat, atau lebih tepatnya Jerman, yang bercokol di posisi bontot di daftar 10 besar penguasa mobil AS (dari sisi volume penjualan), yakni Volkswagen dan Daimler (produsen Mercedes Benz).

Jika diurutkan berdasarkan basis negara produsen otomotif, maka produsen mobil AS masih merajai dengan total 43,9%, disusul produsen Jepang sebesar 37,5%. Uni Eropa berada di peringkat ketiga (sekitar 8,9%), ditempel ketat oleh Korsel.

Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil TrumpSumber: Statista, diolah

Rencana pajak impor mobil Eropa tersebut terutama akan menguntungkan pabrikan AS dan Jepang karena sebelum1nya Trump telah memberikan insentif pajak korporasi yang berlaku untuk perusahaan AS, dan juga untuk pabrikan mobil Jepang yang secara bisnis semestinya dianggap sebagai kompetitor. Insentif pajak yang dirilis baru-baru ini membantu perusahaan otomotif Jepang membukukan laba bersih lebih tinggi pada tahun lalu.

Per 31 Desember 2017, Honda mengumumkan laba bersih senilai US$5,06 miliar, atau naik nyaris empat kali lipat dari capaian setahun sebelumnya senilai US$1,5 miliar. Sementara itu, mengutip proyeksi Nakanishi Research Institute, Toyota dan Nissan berpeluang meraup tambahan laba bersih, masing-masing senilai US$2,64 miliar dan US$1,89 miliar, berkat kebijakan Trump tersebut.

Jika ditelisik lebih jauh, produsen otomotif Uni Eropa membukukan nilai perdagangan sekitar US$57 miliar (Rp 784,2 triliun) di AS pada tahun lalu. Angka itu setara dengan seperempat dari total ekspor otomotif mereka ke seluruh dunia yang mencapai US$230 miliar.

Pihak yang berpeluang paling dirugikan berturut-turut (berdasarkan volume penjualan mobilnya di AS) adalah Jerman, Inggris, Swedia, dan Italia.

Jerman Paling Terpukul Rencana Pajak Impor Mobil TrumpSumber: Statista

Pengenaan tarif pajak mobil terhadap pabrikan Eropa ini terhitung aneh dalam kaca-mata perdagangan. Pangsa pasar mereka di AS dari sisi volume penjualan tidaklah seberapa, yakni hanya 1,6 juta unit dari pasar penjualan otomotif AS yang totalnya mencapai 17,13 juta.

Betul bahwa negara adidaya tersebut merupakan pasar penting mobil-mobil Eropa, tetapi mereka menyasar pasar mobil mewah (dan bahkan super mewah) yang cenderung berbeda dari pabrikan mobil AS. Artinya, tidak ada pemain otomotif domestik di AS yang perlu dilindungi oleh Trump.

Ini menunjukkan bahwa keputusan Trump lebih didorong alasan politis yakni menunjukkan bahwa pemerintahannya saat ini pro pada kepentingan “rakyat” AS, ketimbang pertimbangan bisnis seperti penciptaan iklim persaingan sehat. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan bahwa masa di mana negara AS dirugikan oleh “pemimpinnya yang bodoh” tidak akan terulang lagi. 

Namun perlu dicatat, rencana tersebut bakal mengundang risiko berupa aksi balasan dari pihak Uni Eropa. Mereka mengancam akan mengejar pajak perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Google, Facebook, dan Amazon di zona Euro.

Merespon pengenaan tarif untuk impor baja dan aluminium oleh Trump pekan lalu, Kepala Komisi Perdagangan Uni Eropa Jean-Claude Juncker berjanji akan membalas kebijakan proteksionistis Trump dengan mengenakan tarif serupa pada produk AS yang diekspor ke Eropa Barat, seperti misalnya celana jeans Levi’s, motor gedhe (moge) Harley Davidson, dan whisky Bourbon.***

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular