
Rupiah Melemah, DPR Minta Segera Revisi Asumsi Harga Minyak
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
01 March 2018 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS menjadi catatan tersendiri karena dapat membuat bengkak biaya impor BBM. Melihat hal itu, anggota Komisi VII DPR RI Satya Yudha mengatakan pemerintah harus segera melakukan revisi atas asumsi nilai tukar dan harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam APBN 2018.
Satya mengatakan, keadaan saat ini jelas membuat neraca transaksi berjalan terdorong ke arah negatif. Maka dari itu, ketergantungan terhadap impor BBM yang masih begitu tinggi harus dapat dikendalikan.
Dalam waktu dekat, kata Satya, negara memang tidak bisa berbuat banyak atas peningkatan biaya impor BBM karena melemahnya rupiah. Sebab, jumlah BBM yang dibutuhkan tidak bisa begitu saja dikurangi.
"Itu [BBM] adalah kebutuhan riil yang harus dilaksanakan pada tahun fiskal sekarang," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/3/2018).
Hal lain yang dapat dilakukan saat ini, kata Satya, adalah penghematan atas penggunaan BBM. Selain itu, pemerintah seharusnya lebih aktif mengurangi kebutuhan terhadap BBM dan beralih ke bahan bakar alternatif, seperti gas.
"Tapi apakah itu bisa dilakukan dalam waktu cepat? Itu kan menjadi pertanyaan," ujar Satya.
Satya mengingatkan pemerintah untuk segera merevisi asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam APBN 2018. Sebagai informasi, asumsi ICP dalam APBN adalah US$ 48 per barel, sedangkan per Februari 2018 rata-rata ICP adalah sebesar US$ 61,61 per barel.
"Mesti diajukan di bulan April untuk APBN-P 2018. Secara ideal, penghitungannya adalah dengan memantau tren harga 4 bulan ke belakang, untuk mendekati keakuratan. Menurut saya, sekitar US$ 55 hingga US$ 60 per barel," terang Satya.
Sebelumnya, Plt. Dirjen Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial tidak menutup kemungkinan adanya revisi asumsi ICP dalam APBN 2018. Namun Ego belum bisa memastikan kapan hal itu dilakukan karena diperlukan komunikasi lintas kementerian. "Tidak [di atas US$ 60], di atas US$ 50 bisa," sebut dia.
(gus/gus) Next Article Anomali Harga BBM dan Minyak Dunia
Satya mengatakan, keadaan saat ini jelas membuat neraca transaksi berjalan terdorong ke arah negatif. Maka dari itu, ketergantungan terhadap impor BBM yang masih begitu tinggi harus dapat dikendalikan.
"Itu [BBM] adalah kebutuhan riil yang harus dilaksanakan pada tahun fiskal sekarang," kata dia kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/3/2018).
Hal lain yang dapat dilakukan saat ini, kata Satya, adalah penghematan atas penggunaan BBM. Selain itu, pemerintah seharusnya lebih aktif mengurangi kebutuhan terhadap BBM dan beralih ke bahan bakar alternatif, seperti gas.
"Tapi apakah itu bisa dilakukan dalam waktu cepat? Itu kan menjadi pertanyaan," ujar Satya.
Satya mengingatkan pemerintah untuk segera merevisi asumsi harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dalam APBN 2018. Sebagai informasi, asumsi ICP dalam APBN adalah US$ 48 per barel, sedangkan per Februari 2018 rata-rata ICP adalah sebesar US$ 61,61 per barel.
"Mesti diajukan di bulan April untuk APBN-P 2018. Secara ideal, penghitungannya adalah dengan memantau tren harga 4 bulan ke belakang, untuk mendekati keakuratan. Menurut saya, sekitar US$ 55 hingga US$ 60 per barel," terang Satya.
Sebelumnya, Plt. Dirjen Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial tidak menutup kemungkinan adanya revisi asumsi ICP dalam APBN 2018. Namun Ego belum bisa memastikan kapan hal itu dilakukan karena diperlukan komunikasi lintas kementerian. "Tidak [di atas US$ 60], di atas US$ 50 bisa," sebut dia.
(gus/gus) Next Article Anomali Harga BBM dan Minyak Dunia
Most Popular