
Mencermati Peta Mobil Listrik di Dunia
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 February 2018 18:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Mitsubishi Motors Corporation hari ini menyerahkan 10 unit mobil listrik ke Kementerian Perindustrian untuk kepentingan studi.
Secara historis, Mitsubishi yang berbasis di Jepang ini telah menjual mobil listrik sejak 2009 ke sejumlah negara hingga telah terjual sebanyak 150.000 unit.
Sebetulnya bagaimana perkembangan industri mobil listrik di dunia?
Melansir laporan dari ev-volumes.com, penjualan mobil listrik di dunia mencapai 1,22 juta unit di tahun 2017, tumbuh 58% dari tahun 2016.
Jumlah ini sudah mencakup penjualan seluruh mobil murni bertenaga listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) dan hybrid atau plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).
Sebesar 66% yang terjual adalah mobil listrik jenis BEV dan 34% sisanya adalah jenis PHEV.
Pertumbuhan penjualan didorong oleh meledaknya penjualan di China (+73%), disusul oleh Amerika Serikat (+27%) dan Eropa (+39%).
Sementara itu di Jepang, pada 2017 penjualan meroket 150% dibandingkan dengan 2016. Sebelumnya pada 2016 dibandingkan 2015, penjualan merosot 34%. Kinerja penjualan mobil listrik di Jepang dipengaruhi oleh mobil jenis PHEV, atau hybrid.
Terpelesetnya penjualan PHEV pada tahun 2016 diyakini akibat skema subsidi yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang. Subsidi diberikan secara progresif, yakni jumlahnya akan semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya tenaga listrik pada mobil listrik, dengan jumlah maksimum subsidi sebesar JPY 850.000 (US$ 7.700).
Alhasil, mobil listrik jenis BEV (secara umum memiliki baterai yang lebih besar dibandingkan PHEV) lebih mencuri perhatian konsumen.
Penjualan BEV meningkat hampir 50% pada tahun 2016, sementara penjualan PHEV menurun 34%. Namun, kenyataannya pada tahun 2017, penjualan PHEV di Jepang dapat pulih.
Bahkan dari 5 besar model mobil listrik paling laku di Jepang, 4 di antaranya adalah mobil listrik jenis PHEV. Lantas, di mana posisi Mitsubishi Outlander PHEV yang hari ini disumbangkan ke Indonesia sebanyak 8 unit?
Di pasar Jepang, Mitsubishi Outlander PHEV dijual 3,67 juta yen hingga 4,78 juta yen atau berkisar Rp 470 juta - Rp 612 juta.
Uniknya, produsen mobil asal Jerman BMW, mampu bertengger di posisi 4 dan 5 pada tahun 2017.
Melambungnya penjualan mobil listrik di Jepang pada tahun 2017 juga tidak lepas dari terus dibangunnya infrastruktur pendukung mobil listrik di Jepang.
Mengutip media Japan Times, hingga tanggal 3 Januari 2018 sebanyak 19.194 stasiun pengisian ulang listrik telah dibangun di Jepang, dengan 7.200 di antaranya telah dilengkapi dengan alat pengisian ulang kecepatan tinggi sehingga mobil listrik dapat diisi ulang hingga mencapai kapasitas penuh hanya dalam 20-30 menit.
Sebagai tambahan, negara tetangga kita Thailand juga cukup serius dalam mendorong pengembangan mobil listrik. Pemerintah Negeri Gajah Putih memberikan insentif fiskal kepada konsumen kendaraan listrik, dimana tarif pajak untuk kendaraan listrik hanya dikenakan 10%, sementara kendaraan berbahan bakar fosil wajib membayar 22-50%.
Selain itu, Thailand juga memberikan pembebasan PPh badan selama 8 tahun bagi investor yang ingin mengembangkan mobil listrik jenis BEV, dan selama 3 tahun bagi investor yang ingin mengembangkan PHEV.
Perusahaan dapat memperpanjang pembebasan PPh tersebut hingga 10 tahun dan 6 tahun secara berturut-turut, apabila mereka mampu memproduksi komponen kunci bagi pengembangan mobil listrik di dalam negeri, misalnya baterai.
Tidak cukup dengan itu, mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil listrik dibebaskan dari pungutan tarif impor.
Pada 2016, jumlah kendaraan elektrik di Thailand adalah sekitar 60.000 unit. Kementerian Energi Thailand menargetkan jumlah ini bisa meningkat menjadi 1,2 juta unit pada 2036.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ray/ray) Next Article Ini Bentuk Kerja Sama RI - Mitsubishi Soal Mobil Listrik
Secara historis, Mitsubishi yang berbasis di Jepang ini telah menjual mobil listrik sejak 2009 ke sejumlah negara hingga telah terjual sebanyak 150.000 unit.
Sebetulnya bagaimana perkembangan industri mobil listrik di dunia?
Melansir laporan dari ev-volumes.com, penjualan mobil listrik di dunia mencapai 1,22 juta unit di tahun 2017, tumbuh 58% dari tahun 2016.
Jumlah ini sudah mencakup penjualan seluruh mobil murni bertenaga listrik atau Battery Electric Vehicle (BEV) dan hybrid atau plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).
Pertumbuhan penjualan didorong oleh meledaknya penjualan di China (+73%), disusul oleh Amerika Serikat (+27%) dan Eropa (+39%).
![]() |
Sementara itu di Jepang, pada 2017 penjualan meroket 150% dibandingkan dengan 2016. Sebelumnya pada 2016 dibandingkan 2015, penjualan merosot 34%. Kinerja penjualan mobil listrik di Jepang dipengaruhi oleh mobil jenis PHEV, atau hybrid.
![]() |
Terpelesetnya penjualan PHEV pada tahun 2016 diyakini akibat skema subsidi yang diterapkan oleh Pemerintah Jepang. Subsidi diberikan secara progresif, yakni jumlahnya akan semakin tinggi seiring dengan semakin besarnya tenaga listrik pada mobil listrik, dengan jumlah maksimum subsidi sebesar JPY 850.000 (US$ 7.700).
Alhasil, mobil listrik jenis BEV (secara umum memiliki baterai yang lebih besar dibandingkan PHEV) lebih mencuri perhatian konsumen.
Penjualan BEV meningkat hampir 50% pada tahun 2016, sementara penjualan PHEV menurun 34%. Namun, kenyataannya pada tahun 2017, penjualan PHEV di Jepang dapat pulih.
Bahkan dari 5 besar model mobil listrik paling laku di Jepang, 4 di antaranya adalah mobil listrik jenis PHEV. Lantas, di mana posisi Mitsubishi Outlander PHEV yang hari ini disumbangkan ke Indonesia sebanyak 8 unit?
Di pasar Jepang, Mitsubishi Outlander PHEV dijual 3,67 juta yen hingga 4,78 juta yen atau berkisar Rp 470 juta - Rp 612 juta.
Uniknya, produsen mobil asal Jerman BMW, mampu bertengger di posisi 4 dan 5 pada tahun 2017.
![]() |
Melambungnya penjualan mobil listrik di Jepang pada tahun 2017 juga tidak lepas dari terus dibangunnya infrastruktur pendukung mobil listrik di Jepang.
Mengutip media Japan Times, hingga tanggal 3 Januari 2018 sebanyak 19.194 stasiun pengisian ulang listrik telah dibangun di Jepang, dengan 7.200 di antaranya telah dilengkapi dengan alat pengisian ulang kecepatan tinggi sehingga mobil listrik dapat diisi ulang hingga mencapai kapasitas penuh hanya dalam 20-30 menit.
Sebagai tambahan, negara tetangga kita Thailand juga cukup serius dalam mendorong pengembangan mobil listrik. Pemerintah Negeri Gajah Putih memberikan insentif fiskal kepada konsumen kendaraan listrik, dimana tarif pajak untuk kendaraan listrik hanya dikenakan 10%, sementara kendaraan berbahan bakar fosil wajib membayar 22-50%.
Selain itu, Thailand juga memberikan pembebasan PPh badan selama 8 tahun bagi investor yang ingin mengembangkan mobil listrik jenis BEV, dan selama 3 tahun bagi investor yang ingin mengembangkan PHEV.
Perusahaan dapat memperpanjang pembebasan PPh tersebut hingga 10 tahun dan 6 tahun secara berturut-turut, apabila mereka mampu memproduksi komponen kunci bagi pengembangan mobil listrik di dalam negeri, misalnya baterai.
Tidak cukup dengan itu, mesin yang dibutuhkan untuk memproduksi mobil listrik dibebaskan dari pungutan tarif impor.
Pada 2016, jumlah kendaraan elektrik di Thailand adalah sekitar 60.000 unit. Kementerian Energi Thailand menargetkan jumlah ini bisa meningkat menjadi 1,2 juta unit pada 2036.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ray/ray) Next Article Ini Bentuk Kerja Sama RI - Mitsubishi Soal Mobil Listrik
Most Popular