Ini Kekayaan Calon Gubernur BI, dari Jakarta hingga Melbourne

Arys Aditya, CNBC Indonesia
18 February 2018 12:09
Ini Kekayaan Calon Gubernur BI, dari Jakarta hingga Melbourne
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia — Perebutan kursi Thamrin-1 alias gubernur Bank Indonesia kian mendekati tenggat. Presiden akan mengirimkan nama-nama calon gubernur kepada Parlemen untuk uji kepatutan dan kelayakan. 

Berdasarkan pernyataan Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Jusuf Kalla, ada empat nama yang dibahas oleh Presiden Joko Widodo dan Wapres JK untuk mengisi kursi yang akan kosong pada Mei 2018 seiring berakhirnya masa jabatan Agus D.W. Martowadojo. 

Nama-nama itu adalah Agus sendiri, dua mantan menteri keuangan, yakni Bambang P.S. Brodjonegoro dan Chatib Basri, dan Deputi Gubernur BI saat ini Perry Warjiyo. ‘Pertarungan’ ini menjadi kian seru karena nama Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara masuk ke dalam radar rumor baru-baru ini.

Selain sebagai lembaga yang bertugas untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi, bank sentral juga berwenang untuk mengawasi, menarik dan mencetak uang yang resmi digunakan di republik ini, yaitu rupiah. 

Lantas, berapa rupiah kah yang dimiliki oleh masing-masing kandidat gubernur bank sentral?

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang wajib dilaporkan oleh pejabat negara kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rentang waktu yang berbeda-beda, Agus Martowardojo menjadi yang terkaya dari empat kandidat lainnya.

Agus diketahui melaporkan total kekayaan sebesar Rp124,88 miliar per 30 Juni 2013, atau naik dari akhir tahun sebelumnya sebesar Rp115,68 miliar dan US$760.

Sebelum menjadi Gubernur BI, Agus adalah Menteri Keuangan yang ke-27 dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, menggantikan Sri Mulyani Indrawati sejak 19 Mei 2010 hingga 19 April 2013.

Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, Agus D.W. Martowardojo memegang posisi kunci di beberapa bank terkemuka di Indonesia. Menjabat sebagai Presiden Direktur dan CEO Bank Mandiri (2005 - 2010), Direktur Utama Bank Permata (2002-2005), penasihat Ketua BPPN (2002), Managing Director Bank Mandiri (1999-2002), Direktur Utama PT. Bank Exim Indonesia (1998-1999), dan Presiden Direktur Bank Bumiputera (1995-1998). 

Posisi kedua diduduki oleh Mirza yang memiliki kekayaan bersih, yakni total harta dikurangi utang, sebesar Rp25,14 miliar pada 20 Oktober 2014 dan US$14.000 dari posisi sebelumnya Rp17,71 miliar dan US$14.000 per 2 September 2013.

Mirza menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sejak 3 Oktober 2013, bertugas hingga Juli 2014, tetapi kemudian diperpanjang atas pengajuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelumnya ia menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Mirza memulai karirnya di Bank Sumitomo 1989, pernah menjadi bekerja di Bahana Securities, Credits Suisse Securities Indonesia dan Mandiri Sekuritas.  

Sementara,mantan menteri keuangan, Bambang Brodjonegoro menduduki posisi ketiga. Bambang melaporkan hartanya sebanyak Rp23,36 miliar dan US$65.488 pada 7 November 2016, melaju pesat dari 11 November 2014 yang hanya Rp13,79 miliar dan US$57.673.

Saat ini, Bambang tercatat masih aktif sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia sejak 27 Juli 2016, sebelumnya di Kabinet yang sama dia adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia pada Kabinet Kerja yang menjabat sejak tanggal 27 Oktober 2014 hingga 27 Juli2016. 


Pada era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Bambang pernah menjadi Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia tergabung dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. 

Chatib Basri terakhir melaporkan posisi harta terakhir pada 10 Desember 2014 sebesar Rp12,12 miliar dan US$276.820 dari 1 November 2013 yakni Rp11,56 miliar dan US$310.787.

Ia pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan Indonesia sejak 21 Mei 2013 hingga 20 Oktober 2014. Chatib sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sejak 14 Juni 2012 hingga 1 Oktober 2013. 

Keahliannya terutama dalam bidang makroekonomi, perdagangan internasional, dan ekonomi politik. Pernah duduk sebagai Penasehat Khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia (2006-2010), Sherpa Indonesia untuk G-20 (2008) dan Deputi Menteri Keuangan untuk G-20 (2006-2010). 

Perry Warjiyo tercatat sebagai kandidat ‘paling miskin’ di antara empat kandidat lain. Perry melaporkan kekayaan bersih sebanyak Rp12,46 miliar dan US$29.126 pada 14 April 2015 dari 18 April 2013 yaitu Rp6,69 miliar dan US$52.940.

Ia menjabat sejak 2013 untuk masa jabatan 20132018. Perry merupakan Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Gadjah Mada tahun 1982 yang kemudian mendapatkan gelar Msc dalam bidang ekonomi moneter dan internasional dari Lowa State University, Ames USA tahun 1989. 

Pada tahun 1991Perry Warjiyo kemudian berhasil meraih gelar Ph.D untuk bidang ekonomi moneter dan internasional dari Universitas yang sama. Perjalanan karier Perry di Bank Indonesia dimulai sejak Januari 1984, khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, isu-isu internasional, transformasi organisasi dan strategi kebijakan moneter, pendidikan dan riset kebanksentralan, pengelolaan devisa dan utang luar negeri, serta kepala Biro Gubernur.

Entah kebetulan atau tidak, ada satu fakta menarik dalam LHKPN lima orang tersebut. Tiga dari lima nama tersebut, yaitu Agus Martowardoyo, Chatib Basri dan Bambang Brodjonegoro sama-sama memiliki tanah dan bangunan di Melbourne, Australia.

Agus melaporkan memiliki aset tanah dan bangunan pada 2004 hingga kini, Chatib bahkan hanya memiliki harta tidak bergerak yaitu tanah dan bangunan di kota tersebut sejak 2006, sedangkan Bambang memiliki tanah dan bangunan pada 2005 tetapi telah dijual pada 2014.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular