Pandangan Dubes RI untuk AS Soal Proteksionisme Trump

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
16 February 2018 10:02
Belakangan ini, kebijakan Presiden AS Donald Trump menjadi sorotan karena mengusung agenda 'America First' yang dianggap proteksionis.
Foto: REUTERS / Mike Segar
Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi sorotan karena mengusung agenda 'America First' yang dianggap proteksionis.

Meskipun begitu, Duta Besar Indonesia untuk AS di Washington DC Budi Bowoleksono atau yang akrab dipanggil Sonny mengatakan bahwa ia yakin potensi dagang di AS masih sangat terbuka.

Terkait anggapan kebijakan proteksionisme, Sonny menilai AS bukan satu-satunya negara yang memberlakukan sistem tersebut.

"Sebetulnya semangat proteksionis ini bukan cuma di Amerika. Sebetulnya kalau lihat di banyak negara, arahnya kayak gitu," kata Sonny saat melakukan konferensi pers di Kementerian Luar Negeri, Kamis (15/2/2018).

Ia mengatakan saat ini pemerintah AS mulai memperkenalkan konsep perdagangan baru yang dijuluki fair and reciprocal (adil dan timbal-balik) dengan fokus utama di surplus dan defisit. Ia menilai konsep ini memiliki arti luas karena bukan hanya tentang perdagangan yang kompetitif seperti konsep fair trade, tapi juga saling menguntungkan.

"Tapi kami yakin sekali potensi perdagangan kedua negara itu masih terbuka. Dan Indonesia ini juga pasar penting buat Amerika, terutama untuk produk-produk IT," ujarnya.

Sebaliknya, Amerika juga pasar yang penting untuk Indonesia terutama untuk produk non-migas seperti pakaian, perikanan dan alas kaki.

Maka dari itu, Sonny mengajak Amerika untuk melihat hubungan dagang dari sisi positif agar perdagangan kedua negara tetap terjalin dengan baik.

"Message [pesan] yang kami sampaikan terus-menerus ke pihak Amerika adalah kalau kita hanya fokus ke surplus dan defisit, kita akan cenderung meng-ignore [abaikan] potensi. Padahal potensinya besar yang belum tergarap oleh kedua pihak," kata Sonny.

Terkait kebijakan-kebijakan Trump yang seringkali menimbulkan kontroversi dan pertentangan dari negara-negara di seluruh dunia, Sonny mengajak untuk melihatnya dari sisi retoris.

"Tahu kan yang menentang Amerika berapa ratus? Itu sebagian besar sekutunya. Kita lihat retoriknya terus lihat yang mana, apa iya sih [kebijakan Trump] ini bisa dijalanin betul," kata Sonny.

Ia menjelaskan untuk menilai semua kebijakan Trump, perlu menggali background yang banyak agar paham maksud di balik tindakannya.

"Jangan dilihat face value-nya [yang dikatakan] karena nanti kita jadi kecil hati kok semuanya jelek banget, padahal nggak. Lihat dari sisi retoriknya," kata Sonny.
(dru) Next Article Dubes AS Minta Regulasi RI Jangan Persulit Sektor Swasta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular