
Indonesia Mulai Kebanjiran Impor di Januari 2018
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
15 February 2018 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor dan impor serta neraca perdagangan selama Januari 2018. Nilai ekspor tercatat US$ 14,46 miliar, atau tumbuh 7,86% secara year on year (YoY). Sementara dibandingkan Desember 2017, nilai ekspor turun 2,81%.
Di sisi lain, selama Januari 2018 nilai impor mencapai US$ 15,13 miliar atau tumbuh 26,44% YoY. Apabila dibandingkan bulan Desember 2017, impor tumbuh 0,26%. Berdasarkan catatan tersebut, defisit neraca perdagangan pada Januari 2018 melebar menjadi sebesar US$ 670 juta.
Berdasarkan konsensus pasar yang dirangkum CNBC Indonesia, pertumbuhan ekspor Januari 2018 capai 7,5% YoY. Sementara, untuk impor tumbuh 18,5% YoY. Kemudian, neraca perdagangan diramalkan surplus US$ 325 juta.
Faktanya, nilai impor pada Januari 2018 tumbuh lebih cepat di luar ekspektasi pasar. Hal ini terjadi karena dorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini.
Peningkatan impor pun lantas meningkat, karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan domestik terutama untuk bahan baku dan barang modal.
Selain itu, peningkatan impor juga terjadi seiring kebutuhan pembangunan infrastruktur yang menjadi program andalan Presiden Joko Widodo
Impor Bahan Mentah periode Januari 2018 memang tercatat menanjak sebesar 24,81% YoY. Sementara itu, meskipun impor barang modal bulan lalu turun tipis 7,83% dari bulan Desember 2017, namun apabila dibandingkan dengan capaian Januari 2017 masih tumbuh kuat sebesar 29,94% YoY.
Peningkatan pesat impor ini berpotensi mengulang apa yang terjadi pada tahun 2014 lalu, saat harga komoditas naik dan ekonomi sedang tumbuh pesat, lantas memicu tumbuhnya impor. Pada tahun 2014, defisit neraca perdagangan hampir terjadi sepanjang tahun, dengan angka terbesar terjadi pada bulan April 2014 yang mencapai US$ 1,96 miliar.
Fenomena tersebut memicu defisit neraca berjalan hingga 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga mendorong anjloknya nilai tukar rupiah. Pada akhirnya kondisi ini memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk menginjak pedal rem laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam rangka menormalisasi neraca berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article Impor Juga Tercatat Turun 0,75% ke US$ 13,35 Miliar
Di sisi lain, selama Januari 2018 nilai impor mencapai US$ 15,13 miliar atau tumbuh 26,44% YoY. Apabila dibandingkan bulan Desember 2017, impor tumbuh 0,26%. Berdasarkan catatan tersebut, defisit neraca perdagangan pada Januari 2018 melebar menjadi sebesar US$ 670 juta.
![]() |
Faktanya, nilai impor pada Januari 2018 tumbuh lebih cepat di luar ekspektasi pasar. Hal ini terjadi karena dorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini.
Peningkatan impor pun lantas meningkat, karena produksi dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan domestik terutama untuk bahan baku dan barang modal.
Selain itu, peningkatan impor juga terjadi seiring kebutuhan pembangunan infrastruktur yang menjadi program andalan Presiden Joko Widodo
Impor Bahan Mentah periode Januari 2018 memang tercatat menanjak sebesar 24,81% YoY. Sementara itu, meskipun impor barang modal bulan lalu turun tipis 7,83% dari bulan Desember 2017, namun apabila dibandingkan dengan capaian Januari 2017 masih tumbuh kuat sebesar 29,94% YoY.
![]() |
Peningkatan pesat impor ini berpotensi mengulang apa yang terjadi pada tahun 2014 lalu, saat harga komoditas naik dan ekonomi sedang tumbuh pesat, lantas memicu tumbuhnya impor. Pada tahun 2014, defisit neraca perdagangan hampir terjadi sepanjang tahun, dengan angka terbesar terjadi pada bulan April 2014 yang mencapai US$ 1,96 miliar.
Fenomena tersebut memicu defisit neraca berjalan hingga 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga mendorong anjloknya nilai tukar rupiah. Pada akhirnya kondisi ini memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk menginjak pedal rem laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam rangka menormalisasi neraca berjalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dru) Next Article Impor Juga Tercatat Turun 0,75% ke US$ 13,35 Miliar
Most Popular