Internasional

Turis-turis Mulai Batalkan Rencana Liburan ke Maldives

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
15 February 2018 10:40
Krisis politik yang terjadi di Maladewa (Maldives) sebabkan wisatawan membatalkan liburannya
Foto: Reuters
Male, CNBC Indonesia – Turis-turis membatalkan ratusan pemesanan hotel di Maladewa (Maldives) setiap harinya sejak peringatan keadaan darurat diumumkan oleh pemerintah setempat pekan lalu, kata berbagai biro perjalanan. Pemerintah sebenarnya telah menjamin situasi di pulau resor terkenal di dunia itu akan tetap berjalan normal karena letaknya yang jauh dari ibu kota, dilansir dari Reuters.

China, India, Amerika Serikat (AS), dan Inggris telah mengeluarkan peringatan (travel warning) bagi warga negaranya untuk untuk tidak bepergian ke Maladewa setelah Presiden Abdullah Yameen memberlakukan keadaan darurat dan menahan hakim-hakim yang memerintahkan sang presiden untuk membebaskan lawan politiknya dari tahanan.

“Kami menerima sekitar 50-60 pembatalan pemesanan kamar tiap harinya. Hal yang sama juga terjadi di seluruh properti yang kami kelola di negara ini,” kata juru bicara Paradise Island Resort-Villa Group yang mengelola hotel dengan 282 kamar di kawasan wisata berjarak 20 menit perjalanan menggunakan kapal speedboat dari Male.

Male telah menjadi pusat kekacauan politik Maladewa yang sedang berlangsung.

Sektor pariwisata berkontribusi sepertiga dari nilai produk domestik bruto (PDB) Maladewa sejumlah US$3,5 miliar (Rp 47,5 triliun) di tahun 2017. Data pemerintah menunjukkan hampir 1,4 juta turis dari seluruh dunia datang berkunjung ke Maladewa tahun lalu.

Lembaga pemeringkat internasional Moody’s telah mengatakan akan menurunkan perkiraan pertumbuhan Maladewa di tahun 2018 menjadi 4,5% jika turis terus takut untuk berkunjung dalam waktu yang lama.

Seruan dari lawan-lawan poitik Yameen agar India melakukan intervensi militer telah menambah ketidakpastian di negara itu. India adalah negara terkuat di wilayah tersebut. Maladewa yang berpenduduk sekitar 400.000 jiwa dengan mayoritas Muslim berada dekat jalur pelayaran internasional dan telah menjadi arena persaingan bagi India dan China.

China telah membangun relasi erat dengan pemerintahan Yameen sebagai bagian dari upayanya untuk mebangun jaringan pelabuhan di wilayah Samudera Hindia di bawah inisiatif “Belt and Road”.

China telah memperingatkan agar kekuatan asing tidak mencampuri urusan dalam negeri Maladewa. Namun, negara ini juga tetap mengeluarkan travel warning untuk warga negaranya yang menguasai seperlima dari seluruh kunjungan ke Maladewa.

“Kami mendapatkan pasar yang lebih besar dari turis China dan India dan sekarang kami menerima sebagian besar pembatalan dari kedua negara ini,” kata juru bicara sebuah agen wisata yang menolak disebutkan namanya karena khawatir akan membuat marah pemerintah.

Ia memperkirakan saat ini ada kenaikan pembatalan sekitar 20% hingga 25% dari situasi normal sejak krisis terjadi.
(prm/prm) Next Article Alamak, Maldives Terancam Menghilang di Tahun 2100

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular