
Internasional
Singapura Siap Naikkan Pajak Penjualan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
13 February 2018 17:41

Singapura, CNBC Indonesia – Singapura, negara yang terkenal dengan skema pajak rendahnya yang membantu mengubah negara itu dari kota pelabuhan berdebu menjadi Manhattan-nya Asia, diperkirakan akan melakukan sesuatu yang tidak biasa pada pengumuman anggaran pemerintah tahun ini: kenaikan pajak.
Sembilan dari 10 ekonom yang disurvei oleh Reuters berpendapat pemerintah akan mengumumkan kenaikan pajak barang dan jasa (GST) yang pertama sejak tahun 2007 pada hari Senin (19/2/2018) pekan depan. Para pembuat kebijakan telah memberi isyarat perlunya meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan belanja sosial di masa depan karena populasi yang menua dengan cepat.
Mengutip Reuters, para ekonom mengatakan bahwa Menteri Keuangan Heng Swee Keat kemungkinan mengenakan pajak terhadap ritel e-commerce, seperti Amazon.com, juga terhadap aset-aset orang kaya, dan gula.
Langkah pajak apapun akan muncul setelah Singapura berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi tercepat selama tiga tahun di tahun 2017, dengan estimasi pertumbuhan 3,5%.
“Pertumbuhan ekonomi yang kuat adalah faktor pendorong yang baik untuk kenaikan pajak,” kata Francis Tan, ekonom di United Overseas Bank Singapura.
Ia memperkirakan GST akan meningkat 1 poin persentase menjadi 8% di tahun ini, diikuti oleh kenaikan 1 poin persentase lagi tahun depan.
Tan menambahkan bahwa ada “keperluan mendesak” untuk bergeser ke pajak tidak langsung karena dasar pengenaan pajak untuk pajak pendapatan pribadi bisa jadi lebih kecil selama jangka panjang akibat tantangan demografi Singapura.
Sementara pajak konsumsi Singapura adalah salah satu yang terendah di dunia, GST masih menjadi sumber pendapatan pajak yang kedua bagi pemerintah setelah pajak korporasi.
Singapura memperkenalkan GST di tahun 1994 dengan tarif sebesar 3%. Angka tersebut meningkat menjadi 4% di tahun 2003 dan 5% di tahun 2004, lalu 7% di tahun 2007.
Beberapa ekonom termasuk Jingyang Chen dari HSBC, yang memprediksi kenaikan 2 poin persentase, mengatakan GST yang lebih tinggi bisa jadi disertai langkah-langkah untuk mengurangi beban keluarga berpendapatan rendah, seperti transfer bantuan tunai dan voucher.
Delapan dari 10 ekonom memprediksi pemerintah akan memperluas transaksi bersih e-commerce yang akan dikenakan GST.
Saat ini, konsumen Singapura membayar 7% GST untuk pembelian dari ritel Singapura berbasis daring. Sebaliknya, mereka tidak membayar GST untuk pembelian barang dari pemasok luar negeri jika nilai impornya kurang dari US$302,40 (Rp 4,1 juta).
Beberapa ekonom memperingatkan akan ada pajak tambahan untuk kekayaan, seperti peningkatan pajak properti tahunan serta pajak lebih tinggi untuk produk alkohol dan tembakau atau bahkan pajak baru untuk konsumsi gula.
Michael Wan, ekonom di Credit Suisse, mengestimasi kenaikan 2 poin persentase GST akan menambah sekitar 0,6% dari pendapatan domestik bruto (PDB) ke pendapatan tahunan pemerintah. Hal tersebut akan terjadi setelah melakukan langkah-langkah yang memungkinkan untuk mengurangi dampak terhadap rumah tangga berpendapatan rendah.
Ekonom mengestimasi kenaikan 2 poin pesrentase dapat mendorong tingkat inflasi Singapura antara 1% sampai 1,5%, bahkan lebih untuk inflasi inti, langkah yang sangat diawasi oleh pembuat kebijakan.
“Jika MAS [Monetary Authority of Singapore/ bank sentral Singapura] melihat risiko inflasi jangka panjang setelah penerapan GST, maka itu akan menjadi faktor pertimbangan dalam membuat kebijakan,” kata Chen.
(prm) Next Article Pajak Barang dan Jasa Singapura Naik dari 7% Jadi 9%
Sembilan dari 10 ekonom yang disurvei oleh Reuters berpendapat pemerintah akan mengumumkan kenaikan pajak barang dan jasa (GST) yang pertama sejak tahun 2007 pada hari Senin (19/2/2018) pekan depan. Para pembuat kebijakan telah memberi isyarat perlunya meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan belanja sosial di masa depan karena populasi yang menua dengan cepat.
Mengutip Reuters, para ekonom mengatakan bahwa Menteri Keuangan Heng Swee Keat kemungkinan mengenakan pajak terhadap ritel e-commerce, seperti Amazon.com, juga terhadap aset-aset orang kaya, dan gula.
“Pertumbuhan ekonomi yang kuat adalah faktor pendorong yang baik untuk kenaikan pajak,” kata Francis Tan, ekonom di United Overseas Bank Singapura.
Ia memperkirakan GST akan meningkat 1 poin persentase menjadi 8% di tahun ini, diikuti oleh kenaikan 1 poin persentase lagi tahun depan.
Tan menambahkan bahwa ada “keperluan mendesak” untuk bergeser ke pajak tidak langsung karena dasar pengenaan pajak untuk pajak pendapatan pribadi bisa jadi lebih kecil selama jangka panjang akibat tantangan demografi Singapura.
Sementara pajak konsumsi Singapura adalah salah satu yang terendah di dunia, GST masih menjadi sumber pendapatan pajak yang kedua bagi pemerintah setelah pajak korporasi.
Singapura memperkenalkan GST di tahun 1994 dengan tarif sebesar 3%. Angka tersebut meningkat menjadi 4% di tahun 2003 dan 5% di tahun 2004, lalu 7% di tahun 2007.
Beberapa ekonom termasuk Jingyang Chen dari HSBC, yang memprediksi kenaikan 2 poin persentase, mengatakan GST yang lebih tinggi bisa jadi disertai langkah-langkah untuk mengurangi beban keluarga berpendapatan rendah, seperti transfer bantuan tunai dan voucher.
Delapan dari 10 ekonom memprediksi pemerintah akan memperluas transaksi bersih e-commerce yang akan dikenakan GST.
Saat ini, konsumen Singapura membayar 7% GST untuk pembelian dari ritel Singapura berbasis daring. Sebaliknya, mereka tidak membayar GST untuk pembelian barang dari pemasok luar negeri jika nilai impornya kurang dari US$302,40 (Rp 4,1 juta).
Beberapa ekonom memperingatkan akan ada pajak tambahan untuk kekayaan, seperti peningkatan pajak properti tahunan serta pajak lebih tinggi untuk produk alkohol dan tembakau atau bahkan pajak baru untuk konsumsi gula.
Michael Wan, ekonom di Credit Suisse, mengestimasi kenaikan 2 poin persentase GST akan menambah sekitar 0,6% dari pendapatan domestik bruto (PDB) ke pendapatan tahunan pemerintah. Hal tersebut akan terjadi setelah melakukan langkah-langkah yang memungkinkan untuk mengurangi dampak terhadap rumah tangga berpendapatan rendah.
Ekonom mengestimasi kenaikan 2 poin pesrentase dapat mendorong tingkat inflasi Singapura antara 1% sampai 1,5%, bahkan lebih untuk inflasi inti, langkah yang sangat diawasi oleh pembuat kebijakan.
“Jika MAS [Monetary Authority of Singapore/ bank sentral Singapura] melihat risiko inflasi jangka panjang setelah penerapan GST, maka itu akan menjadi faktor pertimbangan dalam membuat kebijakan,” kata Chen.
(prm) Next Article Pajak Barang dan Jasa Singapura Naik dari 7% Jadi 9%
Most Popular