
Krakatau Steel: Kebutuhan Baja Nasional 2018 Capai 14 Juta
Exist In Exist, CNBC Indonesia
07 February 2018 19:12

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Krakatau Steel memproyeksikan kebutuhan baja nasional pada tahun ini mencapai 14 juta ton. Jumlah ini meningkat sekitar 6%-7% dari perkiraan kebutuhan tahun 2017 yaitu 13,4 juta ton.
Senior Vice President Head of Marketing Krakatau Steel Bimakarsa Wijaya mengharapkan minimal 50% dari kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor.
"2016-2017 impornya kan sudah menurun ya jadi 45%, produksinya 55%. Kita harapkan tahun ini jangan lebih dari 50% impornya," ujarnya dalam focus group discussion di Menara Kadin, Rabu (07/02/2018).
Bima mengaku saat ini kebutuhan baja belum bisa sepenuhnya dipenuhi dari produksi dalam negeri karena kualitasnya masih rendah dan harganya lebih tinggi dibanding negara lain.
"Contohnya itu yang umum misalnya untuk paku, kawat, itu sebetulnya bisa dari dalam negeri, tapi China lebih murah. Lalu untuk konstruksi, seperti beton, itu lebih pilih impor, karena lebih murah. Untuk produk infrastruktur itu biasanya impor dari China, tapi kalau otomotif tetap Jepang Korea," ujarnya.
Untuk menekan angka impor tersebut, Dia mengatakan pihaknya sudah mempunyai program investasi pabrik baja. Sampai saat ini, Krakatau Steel mampu menyumbang sekitar 2 juta ton per tahun terhadap kebutuhan baja nasional.
"Kita itu sekitar 2 juta ton, ada untuk infrastruktur sekitar 40%, otomotif juga ada tapi belum banyak," kata dia.
(roy/roy) Next Article Sedih! Industri Baja RI Sangat Terpuruk, Menunggu Ambruk
Senior Vice President Head of Marketing Krakatau Steel Bimakarsa Wijaya mengharapkan minimal 50% dari kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor.
"2016-2017 impornya kan sudah menurun ya jadi 45%, produksinya 55%. Kita harapkan tahun ini jangan lebih dari 50% impornya," ujarnya dalam focus group discussion di Menara Kadin, Rabu (07/02/2018).
"Contohnya itu yang umum misalnya untuk paku, kawat, itu sebetulnya bisa dari dalam negeri, tapi China lebih murah. Lalu untuk konstruksi, seperti beton, itu lebih pilih impor, karena lebih murah. Untuk produk infrastruktur itu biasanya impor dari China, tapi kalau otomotif tetap Jepang Korea," ujarnya.
Untuk menekan angka impor tersebut, Dia mengatakan pihaknya sudah mempunyai program investasi pabrik baja. Sampai saat ini, Krakatau Steel mampu menyumbang sekitar 2 juta ton per tahun terhadap kebutuhan baja nasional.
"Kita itu sekitar 2 juta ton, ada untuk infrastruktur sekitar 40%, otomotif juga ada tapi belum banyak," kata dia.
(roy/roy) Next Article Sedih! Industri Baja RI Sangat Terpuruk, Menunggu Ambruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular