
PLN: Batu Bara Bahan Bakar Termurah untuk Pembangkit
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
05 February 2018 17:25

Jakarta, CNBC Indonesia— Batu bara yang dari segi harga sedang melonjak dipercaya tetap menjadi bahan baku pembangkit listrik termurah. Hal ini disampaikan Direktur Pengadaan Strategis PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso.
Dia memperkirakan biaya per kWh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sekitar Rp 650. Sedangkan untuk gas, dengan harga rata-rata US$ 8 per MMBTU, per kWh-nya sekitar 7 sen atau Rp 945 (kurs Rp 13.500 per dolar). “Kalau BBM hitung saja ya, misalnya harga 1 liter itu Rp 6.450. Satu liter bisa menjadi 4 kWh. Jadi kira-kira kan Rp 1.600,” kata Iwan di Kantor Kementerian ESDM, Senin (5/2/2018).
Iwan menyampaikan batu bara sebagai salah satu komoditi yang melimpah di dalam negeri, harus dapat menjadi modal pembangunan dan bukan komoditas pasar saja. Batu bara dia sebut sebagai backbone atau tulang punggung energi listrik dalam negeri.
“(Batu bara) sebagai backbone menjadi base loader, artinya dia akan beroperasi secara terus menerus. Yang kedua, backbone untuk cost. Kenapa? Karena berapa pun harga batubara, itu masih paling murah,” jelas Iwan.
Dengan peningkatan harga batu bara, Iwan yakin akan ada solusi terbaik terkait harga batu bara, baik untuk pengusaha dan PLN.
Namun ketika ditanya tentang penyerapan batu bara PLN yang kerap tak terpenuhi, Iwan berkata penyebabnya adalah pertumbuhan konsumsi listrik yang sedang turun.
Selain itu, dia mengatakan tak tertutup kemungkinan tarif dasar listrik (TDL) akan meningkat bila harga batu bara terus menguat dan menembus angka US$ 100 per ton. Apabila harga batu bara bisa ditetapkan lebih murah, tak tertutup kemungkinan TDL mengalami penurunan. “Jelas , 60% listrik kan dari batu bara,” ujar Iwan.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengaku akan melakukan konsultasi dengan anggotanya terkait berbagai usulan atas harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
“Anggota kami banyak, punya spec dan karakteristik yang berbeda-beda. Jadi kami akan terap mendukung upaya pemerintah, juga berkonsultasi dengan anggota untuk mencari jalan terbaik,” tutur Hendra.
(gus/gus) Next Article Aturan Harga Batu Bara untuk Listrik Terbit Pekan Depan
Dia memperkirakan biaya per kWh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sekitar Rp 650. Sedangkan untuk gas, dengan harga rata-rata US$ 8 per MMBTU, per kWh-nya sekitar 7 sen atau Rp 945 (kurs Rp 13.500 per dolar). “Kalau BBM hitung saja ya, misalnya harga 1 liter itu Rp 6.450. Satu liter bisa menjadi 4 kWh. Jadi kira-kira kan Rp 1.600,” kata Iwan di Kantor Kementerian ESDM, Senin (5/2/2018).
“(Batu bara) sebagai backbone menjadi base loader, artinya dia akan beroperasi secara terus menerus. Yang kedua, backbone untuk cost. Kenapa? Karena berapa pun harga batubara, itu masih paling murah,” jelas Iwan.
Dengan peningkatan harga batu bara, Iwan yakin akan ada solusi terbaik terkait harga batu bara, baik untuk pengusaha dan PLN.
Namun ketika ditanya tentang penyerapan batu bara PLN yang kerap tak terpenuhi, Iwan berkata penyebabnya adalah pertumbuhan konsumsi listrik yang sedang turun.
Selain itu, dia mengatakan tak tertutup kemungkinan tarif dasar listrik (TDL) akan meningkat bila harga batu bara terus menguat dan menembus angka US$ 100 per ton. Apabila harga batu bara bisa ditetapkan lebih murah, tak tertutup kemungkinan TDL mengalami penurunan. “Jelas , 60% listrik kan dari batu bara,” ujar Iwan.
Dalam kesempatan yang sama Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengaku akan melakukan konsultasi dengan anggotanya terkait berbagai usulan atas harga batu bara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
“Anggota kami banyak, punya spec dan karakteristik yang berbeda-beda. Jadi kami akan terap mendukung upaya pemerintah, juga berkonsultasi dengan anggota untuk mencari jalan terbaik,” tutur Hendra.
(gus/gus) Next Article Aturan Harga Batu Bara untuk Listrik Terbit Pekan Depan
Most Popular