
AS Kembali 'Shutdown'
Para 'Pemimpi' Kecewa Kongres AS Tunda Bahas Soal Imigrasi
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
23 January 2018 15:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Para imigran berusia muda yang dibawa orangtuanya ke Amerika Serikat (AS) secara ilegal ketika mereka masih kanak-kanak mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap Kongres AS.
Para Pemimpi atau "Dreamers" — sebutan untuk imigran muda yang tengah menghadapi ancaman deportasi — itu kecewa karena Parlemen AS menyepakati anggaran belanja negara sementara untuk mengakhiri penutupan pemerintahan tanpa membuat kesepakatan terkait status hukum mereka.
Anggota Senat dari Partai Demokrat menyetujui rancangan undang-undang anggaran belanja negara untuk mengembalikan aktivitas pemerintah selama tiga minggu ke depan. Di lain pihak, Partai Republik berjanji untuk mengadakan pembicaraan mengenai status para imigran muda tersebut.
“Semua anggota Kongres sangat tidak bertanggung jawab karena tidak menyepakati apapapun [terkait imigran]” ujar Jovan Rodriguez, 27 tahun, yang dibawa orang tuanya ke AS dari Meksiko saat berusia tiga tahun, dilansir dari Reuters. “Saya sangat kecewa.”
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengakhiran program DACA yang melindungi sekitar 700.000 Pemimpi paling lambat akhir Maret ini. Program DACA ditetapkan oleh mantan Presiden Barack Obama pada tahun 2012.
Dalam program tersebut, imigran berusia muda yang memenuhi kualifikasi pemerintah AS diizinkan hidup secara terbuka di AS, bekerja, bersekolah, dan dilindungi dari upaya deportasi. Saat ini, pengadilan memberikan izin tinggal sementara bagi mereka setelah keluarnya perintah Trump tersebut.
Setelah kabar mengenai diloloskannya rancangan undang-undang itu tersebar, para imigran turun ke jalan dan menutup akses masuk taman hiburan Disneyland di California. Beberapa aksi damai turun ke jalan rencananya akan dilakukan di Los Angeles, San Diego, Washington, dan kota lainnya.
Anggota parlemen Partai Demokrat sebelumnya bersikeras menolak rancangan anggaran bila perlindungan program DACA tidak diberlakukan kembali. Namun, Partai Republik menolak untuk mengalah dan mengalihkan anggaran pendanaan tersebut ke program-program yang didukung oleh Demokrat, seperti perawatan kesehatan bagi anak-anak kelas pekerja dan kurang mampu.
“Anggota kami, termasuk saudaraku, Jonathan, saat ini tengah menghadapi bahaya besar karena sikap pengecut para Senator AS,” ujar aktivis Cristina Jimenez, direktur eksekutif grup United We Dream, dalam sebuah pernyataan.
(prm) Next Article Senat Tunda Voting, Penutupan Pemerintah AS Masuk Hari Ketiga
Para Pemimpi atau "Dreamers" — sebutan untuk imigran muda yang tengah menghadapi ancaman deportasi — itu kecewa karena Parlemen AS menyepakati anggaran belanja negara sementara untuk mengakhiri penutupan pemerintahan tanpa membuat kesepakatan terkait status hukum mereka.
Anggota Senat dari Partai Demokrat menyetujui rancangan undang-undang anggaran belanja negara untuk mengembalikan aktivitas pemerintah selama tiga minggu ke depan. Di lain pihak, Partai Republik berjanji untuk mengadakan pembicaraan mengenai status para imigran muda tersebut.
Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengakhiran program DACA yang melindungi sekitar 700.000 Pemimpi paling lambat akhir Maret ini. Program DACA ditetapkan oleh mantan Presiden Barack Obama pada tahun 2012.
Dalam program tersebut, imigran berusia muda yang memenuhi kualifikasi pemerintah AS diizinkan hidup secara terbuka di AS, bekerja, bersekolah, dan dilindungi dari upaya deportasi. Saat ini, pengadilan memberikan izin tinggal sementara bagi mereka setelah keluarnya perintah Trump tersebut.
Setelah kabar mengenai diloloskannya rancangan undang-undang itu tersebar, para imigran turun ke jalan dan menutup akses masuk taman hiburan Disneyland di California. Beberapa aksi damai turun ke jalan rencananya akan dilakukan di Los Angeles, San Diego, Washington, dan kota lainnya.
Anggota parlemen Partai Demokrat sebelumnya bersikeras menolak rancangan anggaran bila perlindungan program DACA tidak diberlakukan kembali. Namun, Partai Republik menolak untuk mengalah dan mengalihkan anggaran pendanaan tersebut ke program-program yang didukung oleh Demokrat, seperti perawatan kesehatan bagi anak-anak kelas pekerja dan kurang mampu.
“Anggota kami, termasuk saudaraku, Jonathan, saat ini tengah menghadapi bahaya besar karena sikap pengecut para Senator AS,” ujar aktivis Cristina Jimenez, direktur eksekutif grup United We Dream, dalam sebuah pernyataan.
(prm) Next Article Senat Tunda Voting, Penutupan Pemerintah AS Masuk Hari Ketiga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular