
Internasional
Ekonomi Terbuka Bantu China Lesatkan Ekspor
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 January 2018 15:01

Jakarta, CNBC Indonesia - China saat ini adalah raja perdagangan dunia. Status ini dicapai bukan dalam semalam, tetapi melalui proses selama puluhan tahun.
Kala merdeka pada 1948, China mengalami pergolakan internal. Saat itu terjadi perpecahan antara kubu komunis yang dipimpin Mao Zedong dan nasionalis Chiang Kaishek. Perpecahan ini kemudian melahirkan China Taipei, atau yang dikenal dengan nama Taiwan.
Taiwan menjadi tempat kubu nasionalis sedangkan China daratan menjadi negara komunis.
Kala kepemimpinan Mao, China terlebih dulu fokus membenahi kondisi dalam negeri. China berusaha keras membangun ekonomi domestiknya untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Baru pada era 1980-an China berpaling ke pasar internasional. Setelah Paman Mao wafat, Deng Xiaoping mengambil tongkat kepemimpinan. Deng pun melakukan reformasi besar-besaran untuk mengarah kepada ekonomi pasar. China pun mulai membuka diri.
Di titik ini China mulai mengalihkan strategi ekonomi dari pemenuhan kebutuhan dalam negeri menjadi eksportir. Pemerintah memberikan berbagai insentif untuk mendorong ekspor.
Ekspansi ini membuat ekonomi China lengkap. Jika mengutip rumus pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga ditambah konsumsi pemerintah ditambah investasi dan ditambah net ekspor (c+i+g+(x-m)), maka China punya semuanya.
Konsumsi rumah tangga dan pemerintah kuat, investasi kencang, ekspor apalagi. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi China melesat.
Pada dekade 1980-an, pertumbuhan ekonomi China kerap kali mencapai dua digit sebelum terkoreksi mendekati 1990-an. Memasuki dekade 1990-an, jarang pertumbuhan ekonomi China di bawah 8%.
Peran ekspor begitu terasa dalam pertumbuhan ekonomi China. Puncaknya adalah pada 2008 ketika ekspor menyumbang hampir 40% dari produk domestik bruto.
Pada 2009, China resmi menyalip Jerman sebagai eksportir utama dunia. Setahun setelahnya, China juga melengserkan Jepang di posisi 2 sebagai perekonomian terbesar dunia, satu level di bawah Amerika Serikat (AS).
Modal jumlah penduduk dan angkatan kerja bisa dimanfaatkan oleh China untuk menjadi penguasa perdagangan dunia. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, China pun lahir menjadi kekuatan yang disegani di kancah perdagangan internasional.
(prm) Next Article Angkatan Kerja dan Industrialisasi Jadi Kunci Dominasi China
Kala merdeka pada 1948, China mengalami pergolakan internal. Saat itu terjadi perpecahan antara kubu komunis yang dipimpin Mao Zedong dan nasionalis Chiang Kaishek. Perpecahan ini kemudian melahirkan China Taipei, atau yang dikenal dengan nama Taiwan.
Taiwan menjadi tempat kubu nasionalis sedangkan China daratan menjadi negara komunis.
Kala kepemimpinan Mao, China terlebih dulu fokus membenahi kondisi dalam negeri. China berusaha keras membangun ekonomi domestiknya untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
Di titik ini China mulai mengalihkan strategi ekonomi dari pemenuhan kebutuhan dalam negeri menjadi eksportir. Pemerintah memberikan berbagai insentif untuk mendorong ekspor.
Ekspansi ini membuat ekonomi China lengkap. Jika mengutip rumus pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga ditambah konsumsi pemerintah ditambah investasi dan ditambah net ekspor (c+i+g+(x-m)), maka China punya semuanya.
Konsumsi rumah tangga dan pemerintah kuat, investasi kencang, ekspor apalagi. Hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi China melesat.
Pada dekade 1980-an, pertumbuhan ekonomi China kerap kali mencapai dua digit sebelum terkoreksi mendekati 1990-an. Memasuki dekade 1990-an, jarang pertumbuhan ekonomi China di bawah 8%.
![]() Pertumbuhan Ekonomi China (Sumber: Bank Dunia) |
![]() Sumber: Bank Dunia |
Modal jumlah penduduk dan angkatan kerja bisa dimanfaatkan oleh China untuk menjadi penguasa perdagangan dunia. Dengan dukungan kebijakan pemerintah, China pun lahir menjadi kekuatan yang disegani di kancah perdagangan internasional.
(prm) Next Article Angkatan Kerja dan Industrialisasi Jadi Kunci Dominasi China
Most Popular