
JK: Data Beras Tidak Valid Membuat Masalah Kian Rumit
Arys Aditya, CNBC Indonesia
16 January 2018 10:03

Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian untuk memperbaiki kualitas data terkait pangan pokok termasuk beras.
JK menyebut keputusan impor beras sebanyak 500.000 ton yang dilakukan akhir bulan ini dilatarbelakangi salah satunya karena data beras yang tidak valid dan membuat masalah kian rumit.
Dia mencontohkan data konsumsi beras adalah 114 kilogram (kg) per tahun per kapita, maka per tahun konsumsi beras secara total 28 juta ton dengan asumsi pendukung 260-260 juta jiwa.
Dari perhitungan tersebut, sebetulnya angka produksi paling tinggi adalah 30 juta ton beras.
“Nah, berarti produksi kita paling tinggi itu 30 juta ton karena tidak pernah ada eskpor beras (sejak awal 2016). Itu angka paling tinggi,” jelas Wapres melalui keterangan pers yang dikutip Selasa (16/01/2018).
Sementara itu, baik Kementan maupun BPS menyebutkan bahwa produksi beras nasional mencapai lebih dari dua kali lipat estimasi JK, yaitu mencapai 77 juta ton pada 2017 atau naik dari tahun sebelumnya 72 juta ton.
“Jadi, bukannya kami tidak tahu, ini kesalahan beruntun sejak lama. Sejak saya wapres 2004, ada kesalahan juga. Kami sudah koreksi. BPS sudah bikin penelitian ulang, berapa sebenarnya (produksi beras),” kata JK.
Adapun keputusan impor beras mulai akhir bulan ini, jelas JK, diambil karena memang stok di dalam negeri hanya di bawah 1 juta ton.
“Dalam keadaan apapun, cadangan tidak boleh di bawa 1 juta ton. Jangan lupa, konsumsi kita tiap bulan itu 2,5 juta ton,” jelasnya.
Lebih lanjut, wapres mengatakan impor tersebut tidak akan mengganggu harga beras ketika panen raya pada Februari 2018. Dalam estimasi pemerintah, impor 500.000 ton beras akan habis dalam hitungan dua pekan.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
JK menyebut keputusan impor beras sebanyak 500.000 ton yang dilakukan akhir bulan ini dilatarbelakangi salah satunya karena data beras yang tidak valid dan membuat masalah kian rumit.
Dia mencontohkan data konsumsi beras adalah 114 kilogram (kg) per tahun per kapita, maka per tahun konsumsi beras secara total 28 juta ton dengan asumsi pendukung 260-260 juta jiwa.
“Nah, berarti produksi kita paling tinggi itu 30 juta ton karena tidak pernah ada eskpor beras (sejak awal 2016). Itu angka paling tinggi,” jelas Wapres melalui keterangan pers yang dikutip Selasa (16/01/2018).
Sementara itu, baik Kementan maupun BPS menyebutkan bahwa produksi beras nasional mencapai lebih dari dua kali lipat estimasi JK, yaitu mencapai 77 juta ton pada 2017 atau naik dari tahun sebelumnya 72 juta ton.
“Jadi, bukannya kami tidak tahu, ini kesalahan beruntun sejak lama. Sejak saya wapres 2004, ada kesalahan juga. Kami sudah koreksi. BPS sudah bikin penelitian ulang, berapa sebenarnya (produksi beras),” kata JK.
Adapun keputusan impor beras mulai akhir bulan ini, jelas JK, diambil karena memang stok di dalam negeri hanya di bawah 1 juta ton.
“Dalam keadaan apapun, cadangan tidak boleh di bawa 1 juta ton. Jangan lupa, konsumsi kita tiap bulan itu 2,5 juta ton,” jelasnya.
Lebih lanjut, wapres mengatakan impor tersebut tidak akan mengganggu harga beras ketika panen raya pada Februari 2018. Dalam estimasi pemerintah, impor 500.000 ton beras akan habis dalam hitungan dua pekan.
(ray/ray) Next Article Bulog Punya 1,4 Juta Ton Beras, Bawang Menipis, Jagung Kosong
Most Popular