Terbentuk Tahun Ini, Jasa Raharja Jadi Induk Holding Asuransi

gita rossiana, CNBC Indonesia
10 January 2018 16:23
PT Jasa Raharja (Persero) optimistis holding asuransi milik negara bisa terbentuk pada 2018
Foto: Ist
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Jasa Raharja (Persero) optimistis holding asuransi milik negara bisa terbentuk pada 2018. Dalam holding tersebut, Jasa Raharja akan bertindak sebagai leader.

Direktur Risk Management Jasa Raharja Wahyu Wibowo mengungkapkan, tujuan pembentukan holding asuransi adalah untuk membesarkan kapasitas nasional.

"Dengan adanya reasuransi dan asuransi di dalam holding diharapkan bisa mengcover risk secara nasional," ujar dia dalam acara Peluncuran Buku di Hotel Westin, Jakarta, Rabu (10/1/2018).

Menurut rencana, di dalam holding tersebut akan ada dua perusahaan reasuransi, yakni PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) dan PT Reasuransi Nasional Indonesia.

Sementara perusahaan asuransi di dalamnya adalah PT Asuransi Jasindo (Persero), PT Askrindo (Persero), PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero) dan Jasa Raharja sebagai leader.

Perusahaan asuransi dan reasuransi yang terdapat dalam holding tersebut tetap akan menggarap pangsa pasar seperti semula. Namun memang akan ada batasan tertentu agar tidak berbenturan.

"Tidak akan diatur pasarnya harus bagaimana karena ini sifatnya investment holding," ucap dia.

Sedangkan mengenai permodalan, menurut Wahyu akan berasal dari cadangan ekuitas sebelumnya. Selanjutnya apabila terdapat kebutuhan penambahan modal akan diakselerasi dari cadangan tersebut. Sampai sejauh ini, Jasa Raharja masih menunggu keluarnya peraturan pemerintah mengenai holding.

"Kami sedang melakukan persiapan dan diharapkan pada 2018 ini bisa terbentuk," ucap dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Jasa Raharja Budi Setyarso mengungkapkan, realisasi penerimaan iuran perseroan pada 2017 bertumbuh 6% dibandingkan 2016. Pertumbuhan ini terjadi karena jumlah masyarakat yang menggunakan moda transportasi meningkat.

"Kalau 2018, kami targetkan bisa naik 7,5% seiring dengan pertumbuhan jumlah kendaraan dan moda transportasi," ujar dia.

Sementara dari sisi santunan, Budi memproyeksi akan mencapai Rp 2,5 triliun. Nilai tersebut meningkat dari realisasi 2017 sebesar Rp 1,9 triliun.

"Nilai santunan yang diberikan kepada masyarakat yang meninggal dunia akibat kecelakaan meningkat menjadi Rp 50 juta dari Rp 25 juta sebelumnya, sehingga menyebabkan klaim meningkat,"ujar dia.

Dengan nilai klaim yang lebih kecil dari iuran, Budi memproyeksi pada 2018 perseroan masih bisa membukukan laba. Adapun target laba pada 2018 sebesar Rp 1,8 triliun.
(dru) Next Article Jasa Raharja: Ada Penurunan Korban Laka Lantas Selama Pandemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular