Ratu Prabu Gandeng Perusahaan Besar Bangun LRT

Monica Wareza, CNBC Indonesia
10 January 2018 07:52
proyek ini tidak menggunakan dana pemerintah, sehingga tidak ada jaminan dari pemerintah.
Foto: Monica Wareza
  • Tiga perusahaan dengan reputasi dunia
  • Pada tahap pertama ini, perusahaan akan melakukan pembangunan sembilan jalur LRT.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) mengestimasi pembangunan Light Rail Transit (LRT) di wilayah Jabodetabek yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap butuh anggaran US$ 28 miliar-US$ 30 miliar (Rp 378 triliun-Rp 405 triliun). Selain itu, proyek ini tidak menggunakan dana pemerintah, sehingga tidak ada jaminan dari pemerintah.

Untuk mewujudkan obsesi tersebut, Ratu Prabu mengandeng sejumlah perusahaan besar kelas dunia. Pertama, Ratu Prabu gandeng perusahaan kerata api China yakni China Railway Construction Corp bersedia untuk memberikan pembiayaan penuh atas proyek yang bernilai RP 405 triliun ini, yang akan dipinjam dari Exim Bank of China dengan tingkat bunga sebesar 2%-4%.

Nantinya, skema pembangunan LRT akan dilakukan dengan membentuk perusahaan baru berupa konsorsium antara PT Ratu Prabu Energi selaku join lead dengan China Railway Construction Corp. Pihak perusahaan juga akan memberikan ruang jika pemerintah mau ikut serta berpartisipasi dalam proyek transportasi ini.

Kedua, Lloyd’s of London yang merupakan perusahaan yang menjadi underwirting untuk asuransi. Perusahaan ini akan menjadi penjamin proyek infrastruktur. Untuk masalah jaminan, Presiden Direktur Ratu Prabu Energi Burhanudin Bur Maras mengatakan, “tidak ada jaminan dari pemerintah.Namun saya akan beri jaminan dalam bentuk asiransi lebih bagus dari jaminan pemerintah.”

Berdasarkan perhitungan Becthel, periode untuk mendapatkan keuntungan bisa realisasikan setelah 15 tahun masa operasi. Asumsi tarif ditetapkan sebesar Rp 20.000 untuk setiap rute.

Ketiga, Ratu Prabu menunjuk konsultan Becthel Infrastructure yang sudah biasa membangun LRT di Amerika, Eropda dan Australia. Untuk pendanaan, perseroan pada awalnya mengandeng investor dari Jepang, Korea Selatan dan China. 

PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) mengestimasi pembangunan Light Rail Transit (LRT) di wilayah Jabodetabek yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap akan menelan anggaran US$ 28 miliar-US$ 30 miliar (Rp 378 triliun-Rp 405 triliun).

Direktur Utama Ratu Prabu Energi Burhanudin Bur Maras menyatakan, pembangunan tahap pertama akan membutuhkan biaya sebesar US$ 8 miliar (Rp 108 triliun). Jumlah dana ini sudah memperthitungkan seluruh biaya investasi pada pembangunan LRT tahap I ini.

"Nilai ini sudah melalui penghitungan dari konsultan kami, Bechtel Infrastructure. Seluruh dana ini akan ditanggung oleh investor yang berasal dari China," kata Burhanudin di Gedung Ratu Prabu 1, Selasa (9/1).

Pada tahap pertama ini, perusahaan akan melakukan pembangunan sembilan jalur LRT. Jalur terebut antara lain Karawaci-Sultan Agung, raya Serpong-Soetta 2, Bundaran Hilir-Kampung Bandan, Soetta-Cawang, Joglo Raya-Gelanggan Raya, Cikunir-Selamat Sempurna, Antasari-Depo, Tol Pelabuhan-Cawang dan Dufan-Bintara.

Menurut perkiraan dia, proses persiapan pembangunan termasuk perijinan dan penggalangan dana akan membutuhkan waktu selama 1,5 tahun-2 tahun. Sehingga dengan begitu ia memprediksi pembangunan ini akan dpaat dimulai pada akhir 2019 atau awal 2020 dan ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun.

"Kita masih butuh ijin dari pemerintah. Kemarin sudah bicara ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Perhubungan dan Bappenas. Sekarang lagi menunggu jadwal beretemu Pak Luhut dan juga butuh ijin dari Pak Jokowi," kata dia.

Sementara untuk melanjutkan pembangunan ke tahap II dan III masih akan menunggu hasil dari pembangunan sebelumnya. Jika investasi tersebut dianggap menguntungkan, maka pembangunan tahap selanjutnya akan dilakukan. " Tahap II dan III dilanjutkan kalau tahap I sudah menguntungkan," imbuh dia.
(hps) Next Article Badan Pengelola Transportasi Usulkan 4 Rute LRT Ratu Prabu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular