Mau Ajukan Pinjaman? Pahami Dulu Kemampuan Cicilan
Jakarta, CNBC Indonesia - Proses pengajuan kredit atau pinjaman kian hari makin terasa mudah, khususnya di era teknologi saat ini. Hanya bermodal KTP, layanan keuangan digital menjadi alternatif yang dipilih masyarakat untuk mengajukan pinjaman saat kondisi terdesak untuk memenuhi kebutuhan.
Sayangnya, kemudahan dalam mendapatkan dana seringkali tidak sejalan dengan kemudahan mengelolanya. Saat plafon atau estimasi dana diterima atau diberikan, kita kerap terbuai untuk mengambilnya semaksimal mungkin, tanpa berhitung seberapa besar sebenarnya kebutuhan yang kita miliki. Alhasil, saat sudah terlanjur mengajukan pinjaman, baru terasa bahwa cicilannya terlalu berat dan besar.
Karena kesalahan dalam menentukan manfaat dari pengajuan pinjaman inilah yang membuat tidak sedikit orang menyalahgunakan produk keuangan tersebut dan terjerat untuk masalah yang sebetulnya diciptakan oleh Anda sendiri.
Contoh, Anda butuh dana Rp 5 juta. Namun dengan kriteria yang Anda miliki, Anda berhak mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar Rp 20 juta. Tanpa berpikir panjang, Anda menyetujui untuk mengambil fasilitas secara maksimal yang rencananya akan Anda gunakan untuk keperluan lain seperti jalan-jalan, membeli barang yang bukan kebutuhan Anda, dan lain sebagainya.
Agar hal tersebut tidak terjadi, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan, Kristianti Puji Rahayu menyarankan untuk memastikan terlebih dahulu bahwa pinjaman tersebut memang benar-benar dibutuhkan. Apakah untuk produktif, atau untuk konsumtif.
"Setelah itu lakukan financial check up, agar tahu batasan kemampuan mengangsur," jelas Kristianti kepada CNBC Indonesia.
Dia menambahkan, jika ingin melakukan pinjaman, sebisa mungkin total angsuran utang keseluruhan maksimal 30% dari penghasilan. Kemampuan mengangsur ini nantinya akan menentukan tenor yang akan diambil.
Seperti diketahui, saat Anda menerima fasilitas kredit tersebut, maka secara otomatis ada tambahan tanggung jawab yang harus Anda sesuaikan dan kelola dengan bijak. Melek keuangan adalah kunci Anda.
Ketika Anda memiliki beban utang, maka Anda perlu mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan yang tidak penting dan bukan prioritas. Saat sikap ini sudah menjadi kebiasaan, maka secara otomatis arus keuangan Anda juga akan menjadi lebih sehat.
Tidak lupa, Kristianti mengimbau masyarakat untuk mengecek legalitas dari perusahaan keuangan tersebut. Jangan sampai masyarakat terbebani bunga besar, karena perusahaan keuangan tidak terdaftar di OJK atau Ilegal.
"Masyarakat juga bisa manfaatkan aggregator untuk mendapatkan penawaran yang kompetitif," jelasnya.
(bul/bul)