Konsolidasi Usai, Rupiah Bisa Melemah Lagi!

Tri Putra, CNBC Indonesia
Senin, 17/01/2022 07:48 WIB
Foto: Infografis/Pergerakan Rupiah Sepekan (10 - 14 Januari 2022)/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup melemah tipis 0,05% di hadapan greenback pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (14/1/2022). US 1 dollar Amerika Serikat (AS) dibanderol Rp 14.295 di pasar spot.

Bersamaan dengan pelemahan rupiah yang meski tipis, indeks dollar AS terpantau mengalami kenaikan 0,40% ke level 95,165.

Sebenarnya dalam sepekan kemarin, kinerja nilai tukar rupiah cukup positif. Di hadapan greenback, rupiah menguat 0,42%. Sementara itu indeks dollar AS melemah 0,58%.



Kenaikan rupiah di akhir pekan lalu tak terlepas dari banjir dana asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia terutama pasar saham.

Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 3,35 triliun di pasar reguler tetapi net sell Rp 780 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Secara netto asing masih mencatatkan beli bersih senilai Rp 2,57 triliun di seluruh pasar.

Selain faktor dana asing yang patut menjadi perhatian, hari ini akan ada rilis data neraca dagang Indonesia untuk bulan Desember 2021.

Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor masih bisa tumbuh 40,3% year on year (yoy) sementara impor diperkirakan naik 39,7% yoy. Dengan pertumbuhan tersebut surplus neraca dagang diperkirakan mencapai US$ 3,05 miliar.

Neraca dagang yang surplus diharapkan dapat meningkatkan fundamental rupiah karena pasokan valas bisa dikatakan melimpah.

Namun sepertinya kinerja perdagangan internasional yang positif ini sudah diantisipasi pelaku pasar sehingga kemampuannya untuk menggerakkan pasar cenderung terbatas.

Lantas setelah menguat di sepanjang pekan lalu, bagaimana prospek nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut alangkah baiknya juga mempertimbangkan faktor psikologis pasar yang tercermin dari indikator teknikalnya.

Analisa Teknikal

Pergerakan rupiah dianalisis dengan menggunakan periode harian (daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat posisi penutupan pekan lalu, rupiah perlu menembus support terdekatnya di Rp 14.300/US$ dan selanjutanya di Rp 14.388/US$ untuk membentuk tren turun (bearish).

Sedangkan untuk membentuk tren menguat rupiah perlu menembus level resisten terdekat di Rp 14.291/US$ dan selanjutnya di Rp 14.194/US$.

Jika melihat pergerakan rupiah dalam beberapa hari terakhir, pola konsolidasi cenderung terbentuk. Apabila melihat indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur tekanan beli dan jual, saat ini masih berada di area netral di 48,87.

Sebagai informasi, Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Namun apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 dan garis EMA 26 cenderung menyempit atau membentuk pola konvergen.

Di sisi lain, batang histogram pun sudah mulai menipis. Ini harus diwaspadai karena membuka peluang untuk rupiah terkoreksi setidaknya ke level Rp 14.300/US$.

Rupiah perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Gak Tinggal Diam, Ini Jurus OJK Redam Guncangan Pasar Modal