Rights Issue Bakal Marak, Investor Bisa Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Semarak rights issue akan semakin mewarnai perdagangan pasar modal Indonesia sepanjang tahun 2022. Ini juga dapat menjadi peluang bagi investor bursa untuk meraup cuan dari aksi korporasi ini.
Lalu seperti apa tips berburu saham rights issue? Berikut pemaparannya dari Adrianus Bias Prasuryo, Head of Research Sucor Sekuritas.
Cek Saham Rights Issue
Hingga kini masih banyak investor yang belum mengetahui dimana mereka bisa mengecek saham-saham yang akan rights issue. Adrianus mengatakan para investor bisa mengeceknya di Bursa Efek Indonesia atau IDX, sebab semua proses registrasi dan proses publikasi akan dilaporkan semua di website tersebut.
"Biasanya juga mereka sounding lewat media massa jika sudah ada rencana untuk right issue," kata Adrianus dalam program Investime CNBC Indonesia, Rabu (12/1/2022).
"Ini juga dilakukan ketika mereka sudah menerbitkan prospektus, pasti akan dipublikasikan melalui media massa."
Berhak Dimiliki Pemegang Saham Lama dan Baru
Adrianus mengatakan right issue berhak dimiliki oleh pemegang saham lama dan baru. Karena pada dasarnya hak right issue ditujukan kepada semua pemegang saham pada satu periode tertentu, entah itu pemegang saham lama atau baru.
"Jadi kalau misalnya jatuh pada tanggal 12 Januari, ini semua pemegang saham yang memegang saham tersebut sampai tanggal 12 Januari itu berhak atas hak rights issue-nya," katanya.
Perhitungan Murah dan Mahalnya Saham Rights Issue
Di sisi lain, masih ada investor yang ragu dengan hitung-hitungan murah dan mahalnya saham-saham right issue. Adrianus mengatakan biasanya emiten atau pemegang saham kendali dari emiten tersebut akan menentukan harga right issue yang paling baik dan optimum.
"Ini karena mereka harus menjaga keseimbangan dua kemungkinan atau kepentingan," katanya.
Adrianus menjelaskan kepentingan pertama adalah supaya pemegang saham mendapatkan insentif untuk mengkonversi rights menjadi saham baru, sehingga dana yang mereka dapatkan dari right issue itu menjadi optimum.
"Tapi di sisi lain mereka juga harus menjaga kepentingan pemegang saham lama yang sudah menjadi pemegang sahamnya dari lama, dan ini tidak boleh sampai jauh di bawah valuasi saham yang sebelumnya. Ini akan mentrigger sentimen negatif di pasar," tambahnya.
Untuk menghitung kira-kira lebih murah atau mahal, Adrianus mengatakan mereka menggunakan rumus theoretical ex-rights price (TERP).
"Kita hitung secara ada rumus murahnya membandingkan dengan harga saham baru dan saham lama, termasuk rasionya. Dari situ akan keluar TERP-nya," ujarnya. "Jika harga right issue-nya di bawah TERP, itu tergolong murah. Sebaliknya, kalau harga right issue-nya tinggi, ini akan relatif mahal."
Adrian juga menjelaskan, tujuan awal right issue adalah untuk memperkuat permodalan dan meningkatkan performa perusahaan.
"Jadi kalau kita lihat bahwa tujuan penggunaan right issue ini benar-benar masuk akal dan secara eksekusi bisa dilakukan untuk menaikan performa perusahaan, saya pikir ini akan menjadi sesuatu yang positif bagi right issue," paparnya.
Ini juga dapat dilihat dari komitmen pemegang saham, apakah mereka juga berkomitmen untuk turut serta mengeksekusi rights-nya.
"Karena kalau mereka tidak berkomitmen, apalagi kita yang investor baru. Menurut saya, right issue ini agak tricky memang," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Live! Ramai Rights Issue Bank Mini, Serok Gan!
(tfa/dhf)