
Saham Allo Bank Masih Undervalue Dibanding ARTO dan BANK

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten bank digital milik pengusaha Chairul Tanjung PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) mengalami lonjakan tinggi pasca-penetapan harga teoritis rights issue.
Kendati demikian, saham BBHI masih tergolong 'murah' (undervalue) ketimbang bank digital lain, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), per penutupan Rabu (12/1/2022), saham BBHI dibanderol di harga Rp 6.800/saham. Posisi tersebut sudah melesat 19,82% dibandingkan dengan harga teoretis yang berlaku mulai Senin minggu ini (10/1).
Dalam keterbukaan informasi di BEI, manajemen Allo Bank mengumumkan harga teoretis saham BBHI untuk pedoman tawar menawar dan penghitungan Indeks Harga Saham BEI di harga Rp 5.678/unit, atau disesuaikan dengan fraksi harga menjadi Rp 5.675/unit.
Harga tersebut berlaku mulai perdagangan di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Senin ini (10/1).
Adapun harga saham BBHI pada akhir cum date di pasar reguler (7 Januari 2022) tercatat di posisi Rp 10.150/saham.
Harga teoretis saham sendiri merupakan harga yang diterapkan bursa sebagai pedoman tawar menawar atas saham pada saat dimulainya perdagangan pertama di pasar reguler setelah adanya penerbitan saham baru.
Ini adalah mekanisme bursa agar pasca-rights issue agar kapitalisasi pasar emiten tidak melonjak tiba-tiba apalagi ketika rights issue yang dilakukan dalam menerbitkan jumlah saham yang banyak dengan harga penebusan di bawah harga pasar.
Lalu, bagaimana dengan valuasi saham BBHI?
Perhitungannya begini. Apabila selama masa perdagangan rights issue seluruh saham baru berhasil diserap sepenuhnya, maka selanjutnya total saham beredar BBHI juga akan bertambah menjadi 21,74 miliar dengan ekuitas mencapai Rp 6,08 triliun.
Maka nilai BVPS (book value per share) BBHI akan ikut naik menjadi Rp 280/unit, dari semula Rp 109/unit (ekuitas lama Rp 1,28 T, saham beredar 11,68 miliar).
Alhasil, price to book value (PBV) BBHI setelah rights issue--dengan menggunakan harga perdagangan Rabu kemarin (Rp 6.800/unit)--akan menjadi 24,29 kali.
Angka ini masih lebih kecil dari rasio PBV Bank Aladin Syariah (BANK) dan Bank Jago (ARTO). Pada penutupan perdagangan kemarin, PBV masing-masing bank tersebut berada di angka 25,70 kali dan 30,41 kali.
Seperti diketahui, Allo Bank sedang menggelar aksi korporasi penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMTED) atau rights issue senilai Rp 4,80 triliun. Rights issue tersebut bakal diserap tujuh investor strategis.
Ketujuh investor besar yang dimaksud adalah CT Corp, Grup Salim, Growtheum Capital Partners, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Grab, Traveloka, dan Carro. Empat nama terakhir adalah pemain besar di sektor teknologi dan ekonomi digital RI alias unicorn.
Ekosistem raksasa yang dimiliki para investor strategis berpotensi akan semakin memperkokoh bisnis bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) di masa mendatang.
Para investor kelas kakap itu sendiri memiliki lini bisnis yang beragam, mulai dari ritel, e-commerce, jasa ride-hailing, sampai produk perjalanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ultimate Shareholder Allo Bank, CT Buka Perdagangan Bursa