InvesTime

Saham-saham Tech Prospek Cuan, tapi Kemahalan nih?

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
Jumat, 29/10/2021 20:20 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti roda berputar kini saham-saham emiten teknologi mulai banyak dilepas asing. Padahal, awal-awal tahun saham itu menghasilkan cuan berlimpah bagi investor pasar modal.

Maximilianus Nico Demus selaku Direktur Riset dan Investasi PT Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan tren pelemahan tersebut terjadi karena sektor teknologi harganya masih sangat rentan jatuh karena secara valuasi mayoritas sudah tergolong mahal (overvalued).

"Kalau kita lihat saham tech itu secara valuasi berada dalam posisi mahal. Namun kalau kita lihat ini juga mengalami koreksi menarik dan kesempatan baik. Kita bisa lihat saham punya peluang di masa yang akan datang," ujar Maxi di program InvesTime CNBC Indonesia, Kamis (28/10/2021) malam.


Lebih lanjut, ia mengatakan jika pemula ingin berinvestasi di sektor teknologi harus memiliki rencana yang jelas karena naik dan turunnya cukup cepat.

Untuk itu, penting bagi investor menyiapkan perencanaan keuangan dan analisis risiko yang tepat guna mencegah terjadinya kerugian besar.

Selain itu, adanya tren pelemahan dari sektor saham teknologi juga disebabkan karena melesatnya saham komoditas yang dianggap sebagai bagian dari ekonomi lama (old economy)--di tengah melonjaknya harga komoditas, seperti batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Hal tersebut membuat investor mulai mengalihkan bidikannya ke saham-saham komoditas.

Itu sebabnya beberapa kali saham-saham komoditas mampu mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 6.600 di Oktober ini.

Secara valuasi, biasanya dalam melihat harga saham mahal atau murah memakai dua rasio yang familiar di analisis fundamental yakni rasio harga terhadap laba perusahaan alias Price to Earning Ratio (PER).

Satu lagi yakni rasio harga terhadap nilai buku alias Price to Book Value (PBV).

PER dihitung dengan membandingkan kondisi perusahaan dengan harga per lembar saham, sementara PBV membandingkan nilai perusahaan di pasar dibandingkan dengan nilai buku.

Semakin rendah PBV biasanya perusahaan akan dinilai semakin murah. Secara Rule of Thumb, PBV akan dianggap murah apabila rasionya berada di bawah angka 1 kali.

Adapun semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.


(tas/tas)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Simak! Strategi Investasi Saat Pasar Saham "Digoyang" Trump