Cermati Keuntungan & Risiko Transaksi di Pasar Negosiasi

My Money - Rahajeng KH, CNBC Indonesia
06 October 2021 11:08
Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal domestik tengah diwarnai dengan transaksi mengejutkan dari konglomerasi besar yang melakukan transaksi jumbo di pasar negosiasi. Ada yang mengatakan transaksi di pasar negosiasi lebih menguntungkan, karena volatilitas dan risikonya lebih rendah.

Namun biasanya transaksi di pasar negosiasi dikenal bernilai jumbo, seperti yang dilakukan oleh konglomerasi Grup Djarum milik dua taipan RI, duo Hartono. Konglomerasi ini melakukan transaksi saham di pasar negosiasi hampir mencapai Rp 20 triliun di pasar negosiasi, satu dari tiga pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selain reguler dan pasar tunai.

CEO Elkoranvidi Indonesia Investama, Fendi Susiyanto di Investime mengatakan transaksi di pasar negosiasi tidak harus bernilai jumbo seperti yang dilakukan grup Djarum. Di pasar negosiasi biasanya dilakukan transaksi sahamnya antar individu, bukan menggunakan antrian pasar reguler. Perbedaan yang signifikan adalah di pasar negosiasi tidak menggunakan satuan lot melainkan dengan lembar saham.

"Jadi ini betul-betul melakukan transaksi atas kesepakatan kedua belah pihak atau investor individual. Perantaranya bukan platform trading yang disediakan perusahaan sekuritas, tapi perusahaan sekuritasnya yang membuat transaksinya matching atau tidak," kata Fendi saat Investime CNBC Indonesia.

Selain itu, bukan hanya transaksi jumbo yang bisa dilakukan karena perhitungan perdagangannya menggunakan lembar saham, bukan lot. Fendi menegaskan bukan cuma domain investor jumbo yang bisa bertransaksi, namun semua investor bisa menggunakannya.

Meski demikian, Fendi mengingatkan transaksi di pasar negosiasi tidak selalu lebih menguntungkan karena ada tetap ada risiko tersendiri.

"Ada potensi kalau bisa beli di pasar negosiasi lebih rendah dari pasar reguler. Potensi keuntungannya lebih besar misalnya di pasar reguler harganya Rp 50 dan di pasar negosiasi harganya Rp 20, maka keuntungannya lebih besar. Tapi perlu dilihat lagi apakah marketable, likuid atau tidak," ujarnya.

Kemudian, eksekusinya pun tidak semudah yang dibayangkan meski terlihat membukukan potensi keuntungan yang besar. Yang terpenting menurutnya adalah saat ketika bisa keluar, sehingga mendapatkan potensi cuan besar.

Dia mengingatkan di pasar negosiasi risikonya cukup besar ketimbang keuntungannya, selain itu volatilitasnya juga tidak lebih rendah dari pasar reguler. Volatilitasnya rendah biasanya terjadi karena gap harga yang sangat tinggi.

"Tapi dalam banyak hal pasar negosiasi sangat sulit memperoleh harga yang kita harapkan, dengan harga yang kita dapat keuntungan besar, kita perlu cermat," kata Fendi.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Live Now! 'Banjir' Transaksi Nego Saham Rp 20 T, Lebih Cuan?


(rah/rah)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading