InvesTime

Kalau PPKM Kelar, Bagaimana Nasib Saham Emiten Ritel?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 July 2021 13:50
Suasana Mal Saat Pemberlakukaan PPKM Darurat di Lippo Mall Kemang (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Mal Saat Pemberlakukaan PPKM Darurat (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tim riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai nasib emiten ritel di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa-Bali akan berdampak besar pada menurunnya kinerja keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Meski demikian, dengan adanya implementasi PPKM Level 4 memang dalam jangka menengah diharapkan angka kasus Covid-19 bisa diturunkan.

"PPKM Level 4 positif untuk menurunkan kasus. Di jangka menengah, kalau kasus bisa diturunkan, kepercayaan masyarakat akan kembali pulih," ujar Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya, dalam Program Investime CNBC Indonesia TV, dikutip Kamis (29/7/2021).

Hanya saja, implementasi PPKM Level 4 tersebut dinilai bisa berdampak pada kinerja emiten khususnya sektor ritel. Seperti diketahui, banyak spekulasi terhadap kinerja keuangan emiten ritel, di mana dalam waktu 3-6 bulan mendatang diramal akan menurun.

Bahkan di tahun ini kinerja sektor ritel diramal jauh lebih merosot dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Apalagi lembaga rating global, Fitch Ratings sudah mengungkapkan riset terbaru soal dampak PPKM terhadap sektor ritel dan pengelola mal.

"Akan berpengaruh ke perusahaan-perusahaan dengan ekuitas yang cukup tinggi. Kalau perusahaan punya utang tinggi akan berpengaruh ke rating mereka," jelas Hariyanto, sekaligus menanggapi mengenai adanya warning dari Fitch Ratings.

Lebih lanjut, Hariyanto mengungkapkan akan ada potensi penurunan laba bagi sebagian perusahaan ritel ini.

Kendati demikian, Hariyanto mengingatkan kepada investor ritel untuk melihat bukan hanya dari data-data yang berjalan, tapi juga harus mempertimbangkan prospek ke depannya dari suatu emiten yang akan dibeli sahamnya.

"Jadi saya melihat setelah laporan keuangan itu keluar, orang akan melihat pemulihannya bagaimana di tahun 2022," tuturnya.

Menurut dia, cara mendeteksinya, yang bisa dilakukan ialah dengan melihat harga saham sudah turun dalam, karena kinerja keuangan mereka turun signifikan karena pandemi Covid-19. Hariyanto mencontohkan, misalnya saja PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

"Let say Ramayana, saat ini sudah di level Rp 630, padahal kalau kita melihat di balance sheet [neraca keuangan], Ramayana milik cash per sheet, jadi cash balance per lembar saham 350," jelasnya.

"Kalau kita lihat Ramayana waktu 2019 harga sahamnya di sekitar Rp 1.200-an. Kita melihat Ramayana salah satu yang bisa berpotensi jadi saham multibagger," jelas Hariyanto.

Saham multibagger adalah istilah bagi saham yang bisa memberikan gain atau keuntungan berkali-kali lipat dari harga perolehannya.

Oleh karena itu, Hariyanto melihat bahwa harga saham Ramayana sudah limited, namun akan kembali naik pada 2022. Mengingat vaksinasi sudah terus meningkat dan pihaknya meyakini bahwa aktivitas ekonomi pada 2022 akan pulih.

Selain itu, ada juga saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Menurut Hariyanto kinerja MAPI akan pulih pada tahun depan, karena sebagian orang yang belanja di luar negeri saat ini akan sulit bisa masuk ke negara surga belanja seperti Singapura dan negara lain.

"Pasti mereka akan belanjanya ke MAPI, karena brand-nya identik dengan luxury goods dan kita melihat bahwa post [setelah] Covid mereda, orang terutama mid to high people [kelas menengah atas] akan belanja di MAPI group. Tentu akan terjadi pemulihan," jelas Hariyanto.

"Kalau balik di tahun 2019, harga saham mereka dari harga sekarang mungkin bisa double. Jadi dua saham ini akan jadi perusahaan multibagger sewaktu kinerja keuangan mereka sudah recover," kata Hariyanto.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tetep Ngotot Investasi di Saham Ritel? Cek Dulu Jurus Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular