Kriptomologi

Tak Punya Nilai Fundamental, Ini yang Bikin Kripto Diburu

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 May 2021 15:20
Ilustrassi Penjual Tanaman Hias (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrassi Penjual Tanaman Hias (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Sebagai mata uang digital, Bitcoin dkk tak perlu tandatangan negara untuk menentukan bahwa ia memiliki nilai adikodrati sebagai alat tukar dan alat pembayaran. Semuanya terjadi secara konsensual, ditentukan oleh para penggunanya sendiri, sebagaimana falsafah ekonom libertarian.

Seorang pengguna Silk Road di Indonesia bisa membeli mobil milik pengguna lain yang tinggal di AS dengan Bitcoin. Metode pembayaran demikian membuat mereka mem-bypass sistem pembayaran yang ribet dan mahal antar bank lintas negara. Ini kelebihan aset kripto.

Kini mata uang kripto tak hanya dipakai di dunia maya melainkan juga coba dibuat mengada di kehidupan nyata oleh penyedia platform jual-beli kripto. Binance, misalnya, memungkinkan penggunanya memiliki token kripto yang ber-underlying asset saham Microsoft dan Apple.

Jika ada pembagian dividen di saham tersebut, pemegang token ikut kebagian. Namun untuk bertransaksi di dunia nyata dengan bebas dan manasuka di outlet dan pasar seluruh dunia? Nanti dulu, masih jauh. Terlebih, ada kabar bank sentral berencana membangun blockchain mereka yang otomatis membuat hegemoni uang kertas tak (boleh) tergantikan.

Hanya saja, spekulasi bahwa dunia menuju ke arah sana (penggunaan mata uang kripto di dunia nyata) terus membumbung. Setiap ada kabar tentang satu atau dua pengusaha merangkul atau memberi layanan transaksi blockchain, harga mata uang kripto pun terpompa. Terbaru, bursa mata uang kripto Coinbase mencatatkan saham di bursa New York.

qFoto: Pergerakan Saham Coinbase, Sumber: CNBC

Sembari menunggu penggunaan kripto di dunia nyata, beberapa konglomerat seperti Elon memutuskan memakai Bitcoin sebagai alat investasi. Hal ini menjadikan aset kripto ini memiliki nilai ketiga, yakni menyimpan nilai (store of value). Catat, penentu nilai aset kripto bukanlah bank sentral ataupun negara, melainkan komunitasnya sendiri.

Pada titik ini, aset kripto telah menjadi hibrida emas dan mata uang kertas di alam maya (digital). Di satu sisi ia seperti emas, yakni melalui proses penambangan dari sisi penciptaannya. Di sisi lain, ia serupa dengan mata uang kertas yang tak bernilai intrinsik tapi menjadi aset investasi.

Bedanya, uang kertas memiliki bank sentral yang meregulasi peredaran dan menjaga stabilitas nilainya, sementara aset kripto tidak. Nilai Bitcoin dkk ditentukan sepenuhnya oleh komunitas pengguna. Tidak ada protokol stabilisasi dalam pergerakannya. Itulah mengapa Nouril menyebut aset kripto sebagai alat penyimpan nilai yang tak stabil.

Ketika pengguna Bitcoin dkk menentukan bahwa aset kripto nilainya bakal lebih tinggi, maka harganya pun meningkat. Demikian juga sebaliknya. Jika anda adalah tipe investor yang agresif dan berani mengambil risiko berbekal spekulasi, maka aset seperti Bitcoin ini sangat-sangat cocok.

Namun harap diingat, semua hal bisa dijadikan aset investasi jika orang yang meminatinya menganggap demikian. Contoh kecilnya adalah tanaman Janda Bolong. Ia pernah menjadi aset investasi, harganya naik-turun karena hasrat psikologis para peminatnya. Adakah fungsi stabilisasinya? Tidak. Kini kita melihat fungsi investasinya hilang setelah hype berakhir.

Seperti halnya nilai chip di meja judi Makau, mata uang kripto sangat bernilai bagi sesama penggunanya tapi tak bisa dipakai sebagai alat tukar resmi (meski satu pengguna bisa saja menjual mobilnya ke sesama pengguna lain dengan barter sekian keping chip).

Sekarang, bayangkan chip Makau dipersepsikan menjadi tujuan investasi dan dianggap sebagai mata uang masa depan. Ia mulai diperjual-belikan di pasar sekunder. Apakah kita bisa menjadi kaya dari trading chip itu? Tentu saja sangat bisa, selama persepsi soal "nilai fundamental" itu dijaga dan spekulasi dipupuk untuk menggaet peminat baru.

Namun, jangan berharap ada stabilisasi. Higher risk, higher return.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular