
Tesla Cuan Rp 1,5 T dari Bitcoin, tapi Anda Bukan Elon Musk

Cuitan Portnoy di-tweet ulang sebanyak 1.900 kali dan menangguk 2,4 juta komentar. Salah satu komentar tentu saja adalah Elon Musk, yang dalam akun Twitternya menjawab singkat, "Tidak kamu tidak memahaminya dengan benar."
Elon mengklaim dia tak melakukan aksi jual pribadi di Bitcoin, dan Tesla hanya melepas 10% kepemilikannya. Yang tak dia akui di cuitannya adalah besarnya keuntungan dari aksi jual tersebut.
Namun dalam laporan keuangan perseroan di halaman 5, perseroan mengakui bahwa penjualan Bitcoin memberikan "dampak positif" terhadap profitabilitas perseroan sebesar US$ 101 juta (setara dengan Rp 1,47 triliun).
"Elon dan saya sedang mencari tempat untuk menyimpan uang tunai," tutur Direktur Keuangan Tesla Zachary Kirkhorn dalam konferensi pers. "Bitcoin terbukti sebagai keputusan yang bagus, tempat yang bagus untuk menyimpan sebagian dari dana tunai kami yang tak dipakai dalam operasi kesehatian."
Kirkhorn menegaskan bahwa mereka puas dengan likuiditas Bitcoin, dan akan berinvestasi di sana "dalam jangka panjang." Saat ini, Tesla menjadi sedikit perusahaan besar yang menerima pembayaran dalam bentuk Bitcoin, selain PayPal.
Di luar kritikan terkait dugaan aksi 'pump and dump', aksi Tesla tersebut memicu pertanyaan seputar komitmen perseroan terhadap energi hijau dan konservasi energi, yang selama ini ditunjukkan dengan berjualan produk listrik yang dilabeli ramah lingkungan.
Dalam misi korporasinya, Tesla juga menyatakan bahwa perseroan ingin "mempercepat transisi dunia menuju energi berkelanjutan." Jargon mobil listrik sebagai mobil paling bersih juga mendorong banyak pemerintahan untuk mengembangkan produk otomotif tersebut dan mulai membuat regulasi serta infrastruktur penunjangnya.
Menurut data perusahaan riset investasi Bond Angle, Tesla telah menikmati pendapatan dari penjualan 'karbon kredit' sebesar US$ 1,6 miliar. Di Amerika Serikat (AS), memang ada peraturan pembatasan emisi karbon, di mana setiap perusahaan harus mengompensasi emisi karbon mereka dengan aktivitas penyerapan karbon, guna mencapai net zero emission.
Produsen mobil pun dipaksa melakukan aktivitas penyerapan karbon setara dengan karbon yang (secara teoritis) mereka produksi dari produknya. Jika tidak bisa, mereka bisa membayar pihak lain yang beraktivitas menyerap karbon, seperti Tesla yang produk mobilnya minim karbon.
![]() |
Jadi, tiap unit mobil yang diproduksi Tesla bisa dijual ke dua pasar. Pertama, pasar end-user yang akan membeli mobil itu dan memakainya di jalanan; kedua, pasar karbon kredit yang berisikan perusahaan-perusahaan otomotif yang wajib membayar "aktivitas penyerapan karbon."
Berkat karbon kredit tersebut, Tesla bisa membukukan kinerja seperti sekarang dengan mencetak keuntungan dalam 4 kuartal berturut-turut, sehingga membuatnya masuk menjadi konstituen indeks S&P 500.
(ags/ags)