InvesTime

Pasar Lagi 'Crash', Sebaiknya Borong Saham atau Reksa Dana?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 April 2021 12:05
IHSG (Rengga Sencaya, Detikcom)
Foto: IHSG (Rengga Sencaya, Detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang Maret, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok 5,88% sebulan di tengah sentimen negatif yang mewarnai perdagangan pasar saham dalam negeri.

Mengacu data BEI, pada perdagangan terakhir di Maret, Rabu kemarin (31/3/2021), IHSG ditutup ambrol 1,42% meninggalkan level 6.000 ke posisi 5.985,52. IHSG bahkan sempat ambruk ke level terendah harian 5.892.

Toufan Yamin, Investment SpecialistĀ PTĀ Sucor Asset Management, merekomendasikanĀ investor untuk mencoba mulai berinvestasi di reksa dana. Apalagi saat pasar sedang anjlok seperti saat ini.

"Kalau tidak mau kena volatilitas pasar, tentunya reksa dana pasar uang ya," kata Toufan dalam program Investime CNBC Indonesia, Selasa (30/3/2021).

"Deposito rate-nya lagi tren turun terus kan. Meski reksa dana pasar uang terikat dengan deposito tapi ini masih naik terus, tergantung pengelolaannya seperti apa. Jadi reksa dana pasar uang masih cukup oke."

Sementara, kata Toufan, meski reksa dana indeks kini agak kurang terlalu bergairah, tetapi tetap direkomendasikan karena kinerjanya masih lebih baik dibandingkan reksa dana pendapatan tetap. Ini dipicu oleh obligasi yang banyak terjadi koreksi terkait kenaikan US Treasury.

"Jadi reksa dana indeks masih cukup menarik bagi teman-teman yang mungkin sedikit bingung mau pilih reksadana atau saham apa. Karena kita lihat sekarang saham lagi gak jelas nih," tukasnya.

Toufan juga menjelaskan saat ini pasar saham sedang anjlok, sehingga banyak asing yang menghindari pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dalam isu-isu margin call (permintaan penambahan modal dalam transaksi margin).

Dari sisi domestik, menurut Toufan, juga sedang minim sentimen sekali, meskipun ada pajak dividen yang mulai ditiadakan, dan ada sentimen pemulihan ekonomi.

"Harusnya harga komoditas kita naik tapi kita masih belum berani untuk masuk ke Indo. Jadi untuk sementara mereka masih wait and see," paparnya.

"Tapi tahun ini kita masih optimis. IHSG masih mencetak all time dengan sentimen laporan di kuartal I ini sih. Karena kenaikan harga komoditi yang berlangsung dari Desember 2020 belum kelihatan kinerja emitennya. Kita tunggu saja di April akhir sampai Mei awal ketika mereka ngeluarin laporan keuangan," tutup Toufan.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anda Tipe Investor Konservatif? Ini Rekomendasi Investasinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular