InvesTime

Awas Saham Diobral, Ini Tips Hindari Jebakan Saham Gorengan!

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
12 March 2021 15:04
Aksi panggung Godbless pada penutupan bursa di kantor BEI, Jakarta, Rabu (31/1/2018). Perdagangan IHSG ditutup menguat 0,68% di level 6.620,16 dari penutupan sebelumnya. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham dalam negeri masih volatil. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga berkali-kali melesat, tapi beberapa kali juga terperosok.

Data BEI mencatat, hingga perdagangan awal sesi II, Jumat ini (12/3/2021), indeks acuan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini menguat 6,35% di posisi 6.358.

Ketika IHSG anjlok, maka sebelumnya ada positifnya lantaran dinilai menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk memburu saham-saham terdiskon, artinya harganya sudah turun dari harga wajarnya.

Namun dalam kondisi ini, investor harus tetap berhati-hati jika tergoda dengan saham 'gorengan' demi mendapatkan keuntungan secara cepat. Saham gorengan biasa diistilahkan untuk saham-saham berfundamental kurang baik, dengan nilai kapitalisasi kecil dan transaksi rendah.

Analis PT BCA Sekuritas M Syahrizannas mengatakan ciri-ciri saham gorengan bisa dilihat dari order book atau nilai pemesanan antrean saham, biasanya volume dan order book atau antrean yang terbentuk hanya tipis.

Jika dibandingkan dengan volume dari saham top liner atau saham-saham unggulan, maka antrean saham tipikal ini yang terbentuk lebih pendek. Selain itu, kapitalisasi pasar emiten yang besar biasanya juga ditundang dengan order book yang juga besar.

"Tapi kalau saham gorengan biasanya volatilitasnya tipis, jadi perpindahan dari satu harga ke harga lain cukup tinggi, makanya disebut kolestrolnya tinggi untuk saham gorengan," kata dia dalam Investime CNBC Indonesia.

Untuk itu, jika investor tertarik melirik saham-saham gorengan, disarankan untuk day trade, transaksi harianatau 2 hari perdagangan. Menurutnya masih banyak saham-saham diskon dengan fundamental kuat yang bisa dikoleksi ketika IHSG tengah terkoreksi.

Untuk memilih saham yang tepat dikoleksi, aktivitas asing bisa digunakan untuk menganalisis bagaimana pergerakan harga saham selama periode tertentu, misalnya satu pekan.

Jika aktivitas asing baik jual dan beli kecenderungannya baik, dan net buy (beli bersih) banyak di salah satu saham, kemudian volume serta nilai transaksi yang besar maka bisa dijadikan pilihan.

"Jadi walaupun turun 2-3 hari dari sisi teknikal akan mengkonfirmasi pembalikan arah kemudian," kata Syahrizannas

Kemudian bisa juga dari sisi tren jangka panjang selama 6 bulan dan 1 tahun. Jika masih mengalami uptrend dari sisi saham karena major tren, maka saham tersebut memiliki tren jangka panjang.

"Misalnya properti Ciputra [CTRA atau Ciputra Development], dari April 2020 dan higher 3 Maret masih uptrend, setelah dan sampai 8 Maret masih koreksi. Ini masih koreksi wajar, the power of major trend bisa berguna untuk menganalisis," ujarnya.

Kemudian ada dua teori dasar, ada fundamental dan teknikal. Sementara seorang trader biasanya mengutamakan dari sisi chart atau grafiknya, karena mengindikasikan yang sudah terjadi akan terulang lagi di beberapa hari atau pekan ke depan.

"Dari sisi teknikal ada yang namanya moving average [pergerakan rata-rata], digabungkan dengan indikator osilator yang menentukan dia ini aset ini sudah masuk ke sesi jenuh jual atau jenuh beli. Atau bisa juga indikator momentum, dimana kita dapat masuk, entry atau jual salah satu aset yang kita punya," jelasnya.

Sementara dari sisi fundamental bisa dilihat dari sisi price earning ratio (PER) atau rasio laba terhadap harga saham) secara 5 tahun ke belakang, apakah sudah terdiskon atau belum.

Selain itu, bisa digunakan sektor sejenisnya, apabila saham yang diteliti lebih rendah dibandingkan sektoralnya, maka indikasinya masih ada potensi harga saham naik.

PER merupakan metode valuasi yang membandingkan laba bersih per saham dengan harga pasarnya. Semakin rendah PER maka biasanya perusahaan juga akan dianggap semakin murah, Untuk PER biasanya secara rule of thumb akan dianggap murah apabila rasio ini berada di bawah angka 10 kali.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pilih-pilih Sektor di Februari, Saham Mana yang Oke?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular