
Top! Ngefans Warren Buffett, Bocah 12 Tahun Cuan 43% di Saham

Kebanyakan investor ritel di Korsel adalah remaja atau bahkan berusia lebih muda. Mereka merengkuh lebih dari dua pertiga dari total nilai yang diperdagangkan di bursa di Korea Selatan, lebih tinggi dari 2019 yang kurang dari 50%.
Tren ini berkembang seiring pasar ekuitas berhasil memikat orang tua di Korsel yang kadung kecewa dengan sistem pendidikan yang ada dan kaum milenial yang bekerja dari rumah (WFH).
"Saya bertanya-tanya, di zaman sekarang ini, apakah gelar sarjana masih menjadi yang paling penting," kata ibu Kwon, Lee Eun-joo, yang menyulut hasrat anak laki-lakinya dengan mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan bisnis ketimbang soal biaya kuliah.
"Karena kita hidup di dunia yang berbeda sekarang, mungkin lebih baik untuk menjadi tipe orang 'satu-satunya'," tambah Lee, yang khawatir bahwa sekolah yang baik mungkin tidak akan membantu putranya untuk menghadapi peluang kerja yang semakin menipis.
Menurut data Kiwoom Securities, pialang saham paling ramah ritel di Korea Selatan, ada sekitar 70% dari 214.800 akun pialang saham untuk anak di bawah umur. Akun-akun ritel tersebut mencakup sampai seperlima dari total pangsa pasar.
Berkat penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19, sejak tahun lalu Kwon membuat daftar pembelian saham, yang dia lakukan saat terjadi koreksi pasar.
Saham-saham yang masuk di daftar Kwon merentang dari operator aplikasi layanan pesan terbesar di Korea Selatan, Kakao Corp, sampai pembuat chip memori terbesar di dunia Samsung Electronics Co., dan Hyundai Motor.
Keberhasilan Kwon ini tentu merefleksikan adanya tantangan ketenagakerjaan bagi anak muda Korsel, meskipun Negeri Ginseng ini berada di kelompok paling berpendidikan tinggi di kelompok OECD (The Organisation for Economic Co-operation and Development) negara-negara maju.
Menurut data, tingkat pengangguran di kalangan pemuda Korea berusia 15 dan 29 tahun melonjak menuju rekor baru sebesar 27,2% pada Januari. Ini akibat jumlah lapangan pekerjaan di Korsel yang merosot tercepat dalam dua dekade terakhir di tengah pembatasan untuk menangani Covid-19.
Dilansir Reuters, tiga perempat orang melanjutkan ke perguruan tinggi setelah mengenyam sekolah menengah. "Tidak ada cukup pekerjaan untuk lulusan perguruan tinggi, sehingga banyak yang memilih mendiversifikasi jalur karir mereka lebih awal,:" kata peneliti kejuruan Min Sook-weon.
Kwon memahami situasi ini. Kata Kwon, "Ketimbang bersekolah di sekolah yang bagus, seperti di Universitas Nasional Seoul, saya lebih baik menjadi investor besar."
"Saya juga berharap dapat melakukan banyak pekerjaan amal," pungkas Kwon.
[Gambas:Video CNBC]
