
Bukan Ngadi-Ngadi! Ini Deretan Investasi yang Cuan Tahun Ini

Selain emas, bitcoin juga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, bahkan meroket hingga 3 digit. Tetapi, bitcoin masih menuai pro dan kontra, ada yang menganggapnya sebagai aset investasi ada juga yang melihat sebagai spekulasi belaka.
Tetapi, belakangan ini mulai terjadi pergeseran, investor institusional mulai "bermain" bitcoin. Melihat hal tersebut, bitcoin tentunya bisa menjadi alternatif investasi.
Harga Bitcoin terus mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah di pekan ini. Rekor tertinggi yang berhasil dicapai di US$ 23.774,4/BTC pada hari Kamis (17/12/2020) lalu, sebelum mengakhiri perdagangan di level US$ 22.787,21/BTC.
Sementara itu, pada Jumat kemarin, bitcoin mengakhiri perdagangan di level US$ 22.900,5/BTC yang merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini, hingga penutupan perdagangan kemarin, bitcoin sudah meroket 220%.
Meski sedang terus menanjak, tentunya banyak yang masih teringat dengan pergerakannya pada 2017 lalu. Pada Desember 2017 lalu, bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 19.458,19/BTC, tetapi malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.
Melihat pergerakan tersebut, dan volatilitasnya yang sangat tinggi, artinya naik turun yang besar bisa terjadi dalam waktu singkat, tentunya membuat bitcoin dianggap sebagai "barang" spekulasi semata.
Menurut CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz, kenaikan bitcoin kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2017 misalnya, saat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, kemudian malah ambrol nyaris 80% setahun berselang.
Menurut Novogratz saat itu penguatan bitcoin dipicu aksi spekulatif dari investor ritel, sementara saat ini investor institusional mulai masuk ke bitcoin.
"Anda tidak bisa membeli bitcoin di Citibank atau Bank of Amerika, tetapi ahli strategi mereka membicarakan tentang ini. Kita melihat institusi mulai membeli bitcoin, kita melihat investor kaya raya membeli ini, dan di luar negeri mulai diadopsi oleh institusi," kata Novogratz sebagaimana dilansir CNBC International.
Larry Fink, CEO BlackRock, perusahaan asset management terbesar di dunia, pada Oktober 2017 lalu mengatakan bitcoin adalah "indeks pencucian uang".
Namun, pendapat Fink kini berubah, ia kini mengatakan bitcoin bisa berevolusi menjadi "pasar global" karena berhasil menarik "perhatian dan imajenasi" pada millennial.
Millennial memang menjadi investor utama bitcoin saat ini, dan hal tersebut menjadi kunci akan masa depan bitcoin. Sebab ke depannya, pasar keuangan global akan didominasi oleh kaum millennial.
Hasil survei dari JP Morgan menunjukkan, millennial lebih memilih bitcoin ketimbang emas.
"Dua kelompok menunjukkan perbedaan dalam preferensi untuk mata uang 'alternatif'. Kelompok yang lebih tua memilih emas, sementara kelompok muda memilih bitcoin," kata analis JP Morgan yang dipimpin Nikolaos Panigirtzoglou dalam sebuah catatan yang dikutip Kitco, Selasa (18/8/2020).
Sementara itu hasil survei, deVere Group, perusahaan financial advisory independen dan fintech, terhadap 700 lebih millennial di berbagai negara, sebanyak 67% menyatakan mereka memilih bitcoin sebagai aset safe haven ketimbang emas.
Millennial akan menjadi kunci penting bagi masa depan bitcoin, sebab berdasarkan hasil survei DeVere, akan ada transfer kekayaan antar generasi yang besar. Berdasarkan estimasi, transfer kekayaan tersebut mencapai US$ 60 triliun dari generasi baby boomers ke millennial.
Artinya, dengan millennial lebih memilih bitcoin sebagai safe haven ketimbang emas, ketika transfer kekayaan terjadi tentunya investasi ke bitcoin kemungkinan akan lebih besar lagi. Bahkan tidak menutup kemungkinan bitcoin akan benar-benar menggeser posisi emas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]