Jangan Asal Beli Kalau Gak Mau Rugi, Ini Tips Investasi Emas

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 August 2020 15:38
Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi emas (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sebelum memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa di tahun ini, rekor emas dunia sebelumnya US$ 1.920.3/troy ons, yang dicapai pada September 2011. Nyaris satu dekade kemudian rekor itu baru pecah.

Setelah mencapai rekor tersebut, harga emas dunia justru terus menurun hingga mencapai titik terendah US$ 1.045,85/troy ons pada 3 Desember 2015. Artinya, jika dilihat dari rekor tertinggi hingga ke level terendah tersebut, harga emas dunia ambrol 45,54% dalam tempo 4 tahun.

Kondisi perekonomian AS serta kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi "aktor" utama dibalik pergerakan emas ke rekor tertinggi sepanjang masa, hingga akhirnya menukik "jatuh dari langit" baik itu dulu maupun sekarang.

Di tahun 2008, Amerika Serikat mengalami resesi, yang memicu krisis finansial global. Guna membangkitkan perekonomian, The Fed memangkas suku bunga hingga 0,25%, dan menggelontorkan stimulus moneter dengan program pembelian aset (obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya) atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE).

Saat itu, QE dilakukan dalam 3 periode. QE 1 dilakukan mulai November 2008, kemudian QE 2 mulai November 2010, dan QE 3 pada September 2012.

Emas dunia mencapai periode kejayaannya saat QE 2 berlangsung. Sementara masa kemerosotan dimulai tepat sebulan setelah QE 3 dimulai. Sebabnya, perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik, dan ada isu jika QE akan segera dihentikan dalam waktu dekat.

Pada pertengahan tahun 2013 The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke akhirnya mengeluarkan wacana untuk mengurangi (tapering) QE. Sah, masa kejayaan emas berakhir, baru sebatas wacana saja harga emas langsung merosot tajam.

Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot.

Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", mata uang lainnya dibuat rontok oleh the greenback. Penguatan dolar tersebut menambah pukulan bagi emas.

"Bahan bakar" emas untuk menguat, resesi, suku bunga rendah dan QE, serta pelemahan dolar AS satu per satu per satu mulai hilang. Perekonomian AS membaik, QE dihentikan pada pertengahan 2014, suku bunga dinaikkan pada Desember 2015, dan dolar AS menguat, emas pun terpukul hebat.

Situasi saat itu sangat mirip dengan tahun ini, AS resesi, The Fed menerapkan suku bunga rendah dan QE, dolar AS pun ambrol belakangan ini. Seandainya situasi mulai berbalik (dan sudah mulai ada tanda-tanda ekonomi AS bangkit) maka patut bersiap melihat harga emas menukik dari angkasa untuk kedua kalinya.

Satu hal yang membedakan kondisi 2008 dan 2020 adalah pemicu resesi saat ini adalah pandemi penyakit virus corona (Covid-19). AS sampai saat ini masih mengalami peningkatan kasus Covid-19, sehingga pemulihan ekonominya terancam berjalan dengan lambat.

Oleh karena itu, nasib emas saat ini akan ditentukan si virus corona, apakah berhasil diredam, ataukah akhirnya vaksin ditemukan sehingga semua perlahan kembali normal, atau malah semakin mengganas yang dapat memicu resesi panjang.

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular