
Mulai Investasi? Ini Cara Agar Tak Menyesal Beli Reksa Dana
Rausyan Fikri, CNBC Indonesia
03 December 2019 13:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Memilih reksa dana membutuhkan ketelitian. Calon investor perlu memastikan produk reksa dana yang akan dibeli, sesuai dengan profil risiko dan imbal hasilnya bisa optimal.
Cofounder Republik Investor, Ikhsan Burhanudin mengatakan investor perlu memperhatikan sejumlah hal sebelum memutuskan membeli produk reksa dana. Pertama, adalah kondisi ekonomi makro dalam negeri.
Kondisi makro ekonomi bakal memengaruhi jenis reksa dana yang berpotensi berkinerja optimal. Misalnya seperti saat suku bunga dalam tren menurun.
"Maka reksa dana pendapatan tetap berpotensi menjadi yang paling outperformed," terangnya, Minggu, 1 Desember 2019.
Di sisi lain, apabila pemerintah jadi menurunkan pajak badan, hal itu akan berimbas positif bagi perusahaan. Termasuk emiten-emiten yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Kedua, perhatikan rasio sharpe. Semakin tinggi kedua rasio itu, maka produk reksa dana semakin baik.
Rasio sharpe menunjukkan produk reksa dana memiliki keuntungan yang optimal. Karena rasio sharpe telah membandingkan dengan investasi bebas risiko dan risiko fluktuasi.
Risk free rate dapat tercermin dalam suku bunga acuan atau return surat berharga negara (SBN). Kemudian dibagi oleh tingkat volatilitas reksa dana yang tercermin dalam stander deviasinya.
Ketiga, Selain memperhatikan kinerja historis produk reksa dana, investor sebaiknya melihat pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/ AUM) produk reksa dana. Menurut Ikhsan, penting bagi produk reksa dana memiliki pertumbuhan AUM yang stabil.
"Karena pertumbuhan konsisten AUM produk reksa dana menggambarkan kepercayaan investor yang semakin baik," kata Ikhsan.
Keempat, agar lebih nyaman berinvestasi, Investor sebaiknya melihat aset portofolio produk reksa dana yang akan dibeli. Perhatikan aset-aset tersebut dan seuaikan dengan tingkat risiko investor.
Aset portofolio terbesar suatu produk reksa dana dapat terlihat dalam top holding yang ditulis dalam fund fact sheet produk. Perusahaan manajer investasi juga akan mengupdate fund fact sheet-nya setiap bulan.
Dengan memperhatikan top holding, investor bisa lebih lebih awas jika ada obligasi atau saham yang terlalu berisiko di dalam produk reksa dana.
Gambar Top Holding
Konsistensi portofolio top holding dalam portolio juga sangat penting. Konsistesi isi portofolio top holding produk reksa dana menandakan fund manager yakin terhadap strategi investasinya.
Investor juga sebaiknya memperhatikan orang-orang di balik pengelolaan produk reksa dana yang berkinerja baik. Sehingga perlu mengupdate informasi jika ada fund manager yang pindah ke perusahaan manajer investasi lain.
Menurut Ikhsan, dengan melakukan hal-hal tersebut, investor dapat semakin meminimalisasi risiko berinvestasi reksa dana. Investor juga bisa lebih yakin karena memahami produk reksa dana yang dibeli.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) Mauldy Makmur menyebut sebelum membeli reksa dana investor harus tahu profil risiko pribadi.
Kemudian, pilih produk reksa dana yang sesuai untuk mencapai tujuan investasinya. Investor dapat memilih lebih dari 1 produk reksa dana sebagai bagian dari langkah diversifikasi.
"Ketiga, investor harus evaluasi berkala performa reksa dana yang sudah dibeli," kata Mauldy.
Dia mengatakan, evaluasi secara berkala penting dilakukan untuk memastikan produk reksa dana investor masih sesuai tujuan. Apabila produk reksa dana tersebut ternyata tidak optimal, investor juga bisa secepatnya mengganti dengan produk reksa dana lainnya.
(hps/hps) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Cofounder Republik Investor, Ikhsan Burhanudin mengatakan investor perlu memperhatikan sejumlah hal sebelum memutuskan membeli produk reksa dana. Pertama, adalah kondisi ekonomi makro dalam negeri.
Kondisi makro ekonomi bakal memengaruhi jenis reksa dana yang berpotensi berkinerja optimal. Misalnya seperti saat suku bunga dalam tren menurun.
"Maka reksa dana pendapatan tetap berpotensi menjadi yang paling outperformed," terangnya, Minggu, 1 Desember 2019.
Kedua, perhatikan rasio sharpe. Semakin tinggi kedua rasio itu, maka produk reksa dana semakin baik.
Rasio sharpe menunjukkan produk reksa dana memiliki keuntungan yang optimal. Karena rasio sharpe telah membandingkan dengan investasi bebas risiko dan risiko fluktuasi.
![]() |
Risk free rate dapat tercermin dalam suku bunga acuan atau return surat berharga negara (SBN). Kemudian dibagi oleh tingkat volatilitas reksa dana yang tercermin dalam stander deviasinya.
Ketiga, Selain memperhatikan kinerja historis produk reksa dana, investor sebaiknya melihat pertumbuhan dana kelolaan (asset under management/ AUM) produk reksa dana. Menurut Ikhsan, penting bagi produk reksa dana memiliki pertumbuhan AUM yang stabil.
"Karena pertumbuhan konsisten AUM produk reksa dana menggambarkan kepercayaan investor yang semakin baik," kata Ikhsan.
![]() |
Keempat, agar lebih nyaman berinvestasi, Investor sebaiknya melihat aset portofolio produk reksa dana yang akan dibeli. Perhatikan aset-aset tersebut dan seuaikan dengan tingkat risiko investor.
Aset portofolio terbesar suatu produk reksa dana dapat terlihat dalam top holding yang ditulis dalam fund fact sheet produk. Perusahaan manajer investasi juga akan mengupdate fund fact sheet-nya setiap bulan.
Dengan memperhatikan top holding, investor bisa lebih lebih awas jika ada obligasi atau saham yang terlalu berisiko di dalam produk reksa dana.
Gambar Top Holding
![]() |
Konsistensi portofolio top holding dalam portolio juga sangat penting. Konsistesi isi portofolio top holding produk reksa dana menandakan fund manager yakin terhadap strategi investasinya.
Investor juga sebaiknya memperhatikan orang-orang di balik pengelolaan produk reksa dana yang berkinerja baik. Sehingga perlu mengupdate informasi jika ada fund manager yang pindah ke perusahaan manajer investasi lain.
Menurut Ikhsan, dengan melakukan hal-hal tersebut, investor dapat semakin meminimalisasi risiko berinvestasi reksa dana. Investor juga bisa lebih yakin karena memahami produk reksa dana yang dibeli.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) Mauldy Makmur menyebut sebelum membeli reksa dana investor harus tahu profil risiko pribadi.
Kemudian, pilih produk reksa dana yang sesuai untuk mencapai tujuan investasinya. Investor dapat memilih lebih dari 1 produk reksa dana sebagai bagian dari langkah diversifikasi.
"Ketiga, investor harus evaluasi berkala performa reksa dana yang sudah dibeli," kata Mauldy.
Dia mengatakan, evaluasi secara berkala penting dilakukan untuk memastikan produk reksa dana investor masih sesuai tujuan. Apabila produk reksa dana tersebut ternyata tidak optimal, investor juga bisa secepatnya mengganti dengan produk reksa dana lainnya.
(hps/hps) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Most Popular