Tips Investasi

Mau Investasi Pakai Prinsip SMART? Yuk Simak Ulasannya

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:04
Mengatur uang memang tidak gampang, akan tetapi juga tidak sesulit yang dibayangkan.
Foto: Infografis/daftar pekerjaan paling hot di e-commerce tanah air/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengatur uang memang tidak gampang, akan tetapi juga tidak sesulit yang dibayangkan. Menyisihkan uang untuk berinvestasi menjadi sebuah kebutuhan di masa kini demi memenuhi kebutuhan di masa yang akan mendatang.

Dalam berinvestasi, wajib hukumnya memiliki tujuan agar selalu bersemangat menyisihkan uang dan tidak gampang mencairkan sebelum waktunya.

Ada banyak tujuan investasi, terutama yang membutuhkan biaya besar seperti: membiayai sekolah anak, membeli kendaraan, membeli rumah, merencanakan program pensiun.

Untuk membantu kamu dalam menetapkan tujuan investasi, kamu bisa menggunakan prinsip dari Peter Drucker, konsultan manajemen asal Austria yang dijuluki Bapak Ilmu Manajemen Modern, dengan prinsip yang disingkat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time).


Yuk
, kita bahas satu persatu maksud dan tujuannya dari prinsip SMART tersebut:

1. Specific
Dalam menentukan suatu tujuan haruslah jelas, semakin detail rencana tersebut semakin jelas juga mewujudkannya.

Sebagai contoh, sebuah pasangan yang baru menikah ingin memiliki sebuah rumah. Pasangan tersebut perlu merinci tipe rumah seperti apa yang ingin dibeli, lokasinya di mana, dan berapa harganya. 


2. Measurable
Setelah jelas tujuan dari rencana yang ingin diwujudkan, cari tahu besaran nilai yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana tersebut. Apapun rencananya, haruslah realistis dan dapat dijangkau secara materi. Untuk itu kamu perlu melakukan riset untuk mengetahui besaran biaya yang dibutuhkan.

Misalnya, tujuan pasangan baru tersebut ialah membeli rumah. Pasangan tersebut harus tahu berapa harga harga rumah yang kira-kira dapat dijangkau.



3. Achievable
Dalam mewujudkan tujuan, tentunya harus realistis disertai kemampuan keuangan yang mumpuni.

Jika masih memakai contoh di atas, maka pasangan tersebut perlu menghitung pendapatan yang dihasilkan keduanya, apakah rumah yang akan dibeli tersebut hanya menggunakan penghasilan dari suami atau perlu ditambah penghasilan dari istri.


4. Relevant
Selain dapat dicapai, tujuan keuangan juga harus relevan dengan kondisi keuangan pasangan tersebut, jangan sampai mengabaikan kebutuhan lainnya yang juga tidak kalah penting.

Sebagai contoh, alokasi cicilan kredit yang diperbolehkan maksimal adalah 30% dari total penghasilan, tentunya kamu harus penuhi dulu persentase tersebut, jangan sampai kebutuhan sehari-hari lebih besar dari 70% pendapatan yang kamu terima.


5. Time
Terakhir ialah waktu, lama waktu suatu tujuan tergantung nilai barang yang kamu ingin beli dibandingkan dengan pendapatanmu. Jika penghasilan kamu besar dan kebutuhan sehari-hari tidak terlalu besar, mungkin mencicil menggunakan uang sendiri lebih cepat.

Tetapi jika harganya mahal, menggunakan fasilitas kredit perbankan sangat diperlukan namun dengan waktu cicilan yang biasanya lebih lama.

Misalnya, pasangan tersebut berencana menggunakan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) demi mewujudkan keinginan memiliki rumah. Memang jangka waktunya lebih lama, tetapi rumah tersebut bisa ditempati ketika selesai dibangun sehingga manfaatnya mulai dapat dirasakan.


TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(yam/tas) Next Article Mau Kebal Terhadap Resesi? Boleh Dicoba Deretan Investasi Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular