
Terungkap! Jiwasraya Tunda Pembayaran Polis Rp 802 M
Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 October 2018 20:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Jiwasraya (Persero) buka-bukaan soal penundaan pembayaran polis jatuh tempo karena adanya tekanan likuiditas yang mendera asuransi jiwa plat merah ini.
Menurut Direktur Kepatuhan Jiwasraya Muhamad Zamkhani produk asuransi yang mengalami penundaan pembayaran polis jatuh tempo adalah saving plan. Ini produk asuransi berbalut investasi. Penundaan pembayaran tersebut terjadi sejak 1 Oktober 2018.
"Sebelumnya pembayarannya masih lancar. Tetapi sejak 1 Oktober 2018 banyak yang jatuh tempo dan harus ditunda pembayarannya. Total saving plan yang jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi berjumlah Rp 802 miliar," ujar Muhamad Zahkhani kepada CNBC Indonesia melalui sambungan telepon, Kamis (11/10/2018).
Penyebab penundaan pembayaran kewajiban polis yang jatuh tempo karena kondisi pasar modal yang bergejolak. Maklum, produk ini banyak menempatkan investasinya di pasar modal. Selain itu, produk ini juga ditempatkan pada properti yang tidak dapat dijual dalam waktu cepat.
Muhamad Zamkhani menambahkan manajemen sedang mengupayakan pendanaan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Manajemen juga menawarkan perpanjangan waktu jatuh tempo (roll over) pada nasabah yang tersedia.
"Penundaan pembayaran polis jatuh tempo ini hanya pada produk yang dijual melalui perbankan (bancassurance) sementara yang dijual melalui agen masih bisa dipenuhi kewajibannya," terang Muhamad Zamkhani.
Sebelumnya CNBC Indonesia menulis produk yang mengalami penundaan pembayaran klaim adalah produk yang dijual melalui kanal bancassurance. Produk ini berada pada 11 bank. Produk bancassurance ini di antaranya bekerja sama dengan PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), KEB Hana, Bank QNB.
Kondisi keuangan
Melihat laporan keuangan tahun 2017, kondisi keuangan Jiwasraya memang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari laba bersih perusahaan yang anjlok 98,46% menjadi Rp 328,43 miliar. Tahun sebelumnya Jiwasraya mencatatkan laba bersih Rp 2,14 triliun.
Penurunan kinerjanya Pendapatan usaha tak tumbuh maksimal sementara jumlah beban terus meningkat. Jumlah pendapatan naik 19,03% menjadi Rp 25,12 triliun dari Rp 21,1 triliun.
Sementara jumlah beban naik 27,88% dari Rp 19,33 triiliun menjadi Rp 24,72 triliun. Salah satu penyebab kenaikan jumlah beban adalah pembayaran klaim dan manfaat yang naik lebih dari dua kali lipat, dari Rp 6,86 triliun menjadi Rp 15,67 triliun
Pada 2017, tingkat solvabilitas Jiwasraya sebesar 123,16%. Artinya Jiwasraya masih di atas ketentuan. Namun rasio solvabilitas pada 2017 turun dalam. Pasalnya, 2016 rasio solvabilitas Jiwasraya di kisaran 200,15%.
(roy/dru) Next Article Klaim Belum Dibayar, DPR Panggil Jiwasraya Januari 2019
Menurut Direktur Kepatuhan Jiwasraya Muhamad Zamkhani produk asuransi yang mengalami penundaan pembayaran polis jatuh tempo adalah saving plan. Ini produk asuransi berbalut investasi. Penundaan pembayaran tersebut terjadi sejak 1 Oktober 2018.
"Sebelumnya pembayarannya masih lancar. Tetapi sejak 1 Oktober 2018 banyak yang jatuh tempo dan harus ditunda pembayarannya. Total saving plan yang jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi berjumlah Rp 802 miliar," ujar Muhamad Zahkhani kepada CNBC Indonesia melalui sambungan telepon, Kamis (11/10/2018).
"Penundaan pembayaran polis jatuh tempo ini hanya pada produk yang dijual melalui perbankan (bancassurance) sementara yang dijual melalui agen masih bisa dipenuhi kewajibannya," terang Muhamad Zamkhani.
Sebelumnya CNBC Indonesia menulis produk yang mengalami penundaan pembayaran klaim adalah produk yang dijual melalui kanal bancassurance. Produk ini berada pada 11 bank. Produk bancassurance ini di antaranya bekerja sama dengan PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), KEB Hana, Bank QNB.
Kondisi keuangan
Melihat laporan keuangan tahun 2017, kondisi keuangan Jiwasraya memang kurang menggembirakan. Hal ini terlihat dari laba bersih perusahaan yang anjlok 98,46% menjadi Rp 328,43 miliar. Tahun sebelumnya Jiwasraya mencatatkan laba bersih Rp 2,14 triliun.
Penurunan kinerjanya Pendapatan usaha tak tumbuh maksimal sementara jumlah beban terus meningkat. Jumlah pendapatan naik 19,03% menjadi Rp 25,12 triliun dari Rp 21,1 triliun.
Sementara jumlah beban naik 27,88% dari Rp 19,33 triiliun menjadi Rp 24,72 triliun. Salah satu penyebab kenaikan jumlah beban adalah pembayaran klaim dan manfaat yang naik lebih dari dua kali lipat, dari Rp 6,86 triliun menjadi Rp 15,67 triliun
Pada 2017, tingkat solvabilitas Jiwasraya sebesar 123,16%. Artinya Jiwasraya masih di atas ketentuan. Namun rasio solvabilitas pada 2017 turun dalam. Pasalnya, 2016 rasio solvabilitas Jiwasraya di kisaran 200,15%.
(roy/dru) Next Article Klaim Belum Dibayar, DPR Panggil Jiwasraya Januari 2019
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular