
Insurtech Bakal Jadi Tantangan Asuransi Global di 2018
gita rossiana, CNBC Indonesia
14 January 2018 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Ada empat hal yang diprediksi akan menjadi tantangan di industri perusahaan asuransi dunia pada 2018. Salah satu diantaranya berhubungan dengan perkembangan teknologi asuransi (insurance technology/insurtech) dan kecerdasan buatan (augmented intelligence/AI).
Managing Director of EMEA Keith Stonell seperti dilansir dari www.insurancebusinessmag.com mengungkapkan, tantangan pertama adalah dari sisi insurtech. Dia menjelaskan, perusahaan asuransi berbasis teknologi harus semakin membuktikan dirinya pada tahun ini. Pasalnya, sebelumnya sudah terjadi goncangan di perusahaan asuransi peer to peer, Guevara melalui penutupan banyak cabang. Hal ini bisa menimbulkan tanda tanya besar apakah investasi besar yang dilakukan oleh perusahaan asuransi berbasis teknologi ini bisa dibenarkan.
Dia melanjutkan, masa depan dari insurtech dan bentuk lain dari inovasi asuransi akan ditentukan ketika bisa berdampingan dengan industri konvensional. Akibatnya, pada 2018 ini akan ada banyak kebutuhan untuk peningkatan pendanaan asuransi, seperti yang dilakukan Friday saat meluncurkan Baloise.
“Tidak bisa dipungkiri, insurtech memicu banyak ide besar dan bisnis model, banyak diantaranya pun bisa mengubah industri, namun kami melihat lebih banyak yang bisa berasimilasi daripada menimbulkan gangguan langsung,”kata dia.
Hal selanjutnya yang akan dihadapi industri asuransi adalah dari sisi penyajian data. Dia mengungkapkan adanya penyajian data yang baik bisa membantu perusahaan asuransi mengelola risiko yang dihadapi para klien. “Melindungi masyarakat dan bisnis dari risiko siber terlihat bisa menjadi peluang bagus bagi perusahaan asuransi, apalagi ketika serangan siber menjadi sebuah hal yang wajar,” jelas dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini, perusahaan asuransi merasa terbebani untuk menganalisa data non tradisional. Perusahaan asuransi harus bekerja ekstra untuk menggali data yang bisa disajikan secarar personal berdasarkan produk dan pengalaman, seperti Amazon dan Facebook yang melakukannya setiap hari.
Kemudian, Stonnel juga melihat tantangan industri asuransi dari sisi dinamika data. Dia menjelaskan, perusahaan asuransi sudah lama menjadi pusat analisis data sehingga permasalahan ini bukan hal baru pada 2018. Akan tetapi, hal yang menjadi perbedaan tahun ini adalah bagaimana pelaku asuransi mulai menganalisa data secara langsung untuk mendukng pendekatan personal kepada konsumer.
Hal terakhir yang menjadi tantangan industri asuransi adalah kehadiran kecerdasan buatan (augmented intelligence/AI). Dia menjealskan, sejak awal 2017, perusahaan asuransi jiwa dari Jepang, Fukoku Mutual Life Insurance, menjadi pusat pemberitaan ketika memperkerjakan robot yang memiliki kecerdasan buatan. Setelah setahun berlalu, AI memainkan peran penting untuk mengotomasi pekerjaan di operasional asuransi. AI juga lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
(gus/gus) Next Article Insurtech Picu Perubahan di Asuransi Otomotif
Managing Director of EMEA Keith Stonell seperti dilansir dari www.insurancebusinessmag.com mengungkapkan, tantangan pertama adalah dari sisi insurtech. Dia menjelaskan, perusahaan asuransi berbasis teknologi harus semakin membuktikan dirinya pada tahun ini. Pasalnya, sebelumnya sudah terjadi goncangan di perusahaan asuransi peer to peer, Guevara melalui penutupan banyak cabang. Hal ini bisa menimbulkan tanda tanya besar apakah investasi besar yang dilakukan oleh perusahaan asuransi berbasis teknologi ini bisa dibenarkan.
Dia melanjutkan, masa depan dari insurtech dan bentuk lain dari inovasi asuransi akan ditentukan ketika bisa berdampingan dengan industri konvensional. Akibatnya, pada 2018 ini akan ada banyak kebutuhan untuk peningkatan pendanaan asuransi, seperti yang dilakukan Friday saat meluncurkan Baloise.
“Tidak bisa dipungkiri, insurtech memicu banyak ide besar dan bisnis model, banyak diantaranya pun bisa mengubah industri, namun kami melihat lebih banyak yang bisa berasimilasi daripada menimbulkan gangguan langsung,”kata dia.
Hal selanjutnya yang akan dihadapi industri asuransi adalah dari sisi penyajian data. Dia mengungkapkan adanya penyajian data yang baik bisa membantu perusahaan asuransi mengelola risiko yang dihadapi para klien. “Melindungi masyarakat dan bisnis dari risiko siber terlihat bisa menjadi peluang bagus bagi perusahaan asuransi, apalagi ketika serangan siber menjadi sebuah hal yang wajar,” jelas dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, saat ini, perusahaan asuransi merasa terbebani untuk menganalisa data non tradisional. Perusahaan asuransi harus bekerja ekstra untuk menggali data yang bisa disajikan secarar personal berdasarkan produk dan pengalaman, seperti Amazon dan Facebook yang melakukannya setiap hari.
Kemudian, Stonnel juga melihat tantangan industri asuransi dari sisi dinamika data. Dia menjelaskan, perusahaan asuransi sudah lama menjadi pusat analisis data sehingga permasalahan ini bukan hal baru pada 2018. Akan tetapi, hal yang menjadi perbedaan tahun ini adalah bagaimana pelaku asuransi mulai menganalisa data secara langsung untuk mendukng pendekatan personal kepada konsumer.
Hal terakhir yang menjadi tantangan industri asuransi adalah kehadiran kecerdasan buatan (augmented intelligence/AI). Dia menjealskan, sejak awal 2017, perusahaan asuransi jiwa dari Jepang, Fukoku Mutual Life Insurance, menjadi pusat pemberitaan ketika memperkerjakan robot yang memiliki kecerdasan buatan. Setelah setahun berlalu, AI memainkan peran penting untuk mengotomasi pekerjaan di operasional asuransi. AI juga lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
(gus/gus) Next Article Insurtech Picu Perubahan di Asuransi Otomotif
Most Popular