Insurtech Picu Perubahan di Asuransi Otomotif

gita rossiana, CNBC Indonesia
14 January 2018 18:54
Asuransi teknologi mulai jadi pilihan karena praktis digunakan
Foto: courtesy CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia-Inovasi di asuransi otomotif terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini seiring dengan makin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam asuransi teknologi (insurance technology/insurtech).
 
Berkompetisi di pasar industri kendaraan bermotor bukan merupakan perkara mudah. Ada banyak sekali perusahaan tradisional yang mendominasi dengan investasi besar, jangkauan luas dan dana pubikasi yang tidak sedikit.
 
Sementara di sisi lain, banyak pelaku insurtech dengan segala kekuatannya memilih untuk bermitra dengan mereka dalam pemasaran asuransi otomotif. Namun beberapa yang lainnya memilih untuk berkompetisi langsung dengan memicu perubahan kebutuhan di masyarakat.
 
“Manfaat terbesar dari perusahaan start-up di insurtech adalah mereka sangat sigap dan tidak ada istilah turun-temurun,”ujar co-Founder and CEO Clearcover, sebuah perusahaan asuransi otomotif start-up, Kyle Nakatsuji seperti dilansir dari www.insurancebusinessmag.com, Jumat (12/1/2018).
 
Sedangkan perusahaan asuransi lain, walaupun mereka memiliki banyak uang dan sumber daya manusia untuk mengeksplorasi hal baru, namun hal itu terhambat karena masih terbawa dengan budaya lama.


 
“Perusahaan besar tentunya memikirkan ide-ide baru, namun mereka dibatasi oleh infrastruktur dan model bisnis turun-temurun. Oleh karena itu, perusahaan insurtech memiliki kesempatan untuk masuk ke bidang-bidang terkait dukungan reasuransi, teknologi dan ketersediaan data,”ungkap dia.


Secara global, insurtech sedang mempersiapkan peningkatan keamanan dengan berkembangnya Internet of Things (IoT) yang terkoneksi dengan kendaraan bermotor. Namun peningkatan konektivitas ini di sisi lain juga bisa memicu timbulnya hacking dan black swan.
 
Aktuaris di sisi lain, melihat klaim asuransi otomotif sebagai hal yang independen dan tidak ada korelasi antara beberapa kecelakaan pada saat yang sama di beberapa lokasi. Namun di dunia dengan kendaraan yang sudah terkoneksi seperti saat ini, hal lain bisa terjadi. Sebuah kecelakaan tunggal yang disebabkan oleh kejahatan black swan bisa berakibat kepada 10 ribu kecelakaan lainnya. Tentunya hal ini tidak dipersiapkan sebelumnya oleh perusahaan asuransi yang sudah ada.
 
“Di Clearcover, kami juga memikirkan tentang sesuatu yang kami sebut sebagai tanggung jawab adaptif kompleks. Kami mempercayai paradigma transportasi dalam 25 hingga 30 tahun ke depan adalah di mana orang dan komputer berbagi tanggung jawab transportasi. Akan ada banyak interaksi antara orang dengan robot,” tutur dia.
 
Dia menambahkan, kehadiran pelaku insurtech juga bisa berdampak pada cakupan risiko asuransi. Pasalnya, pelaku insurtech memiliki kebebasan untuk memaksimalkan kemampuan teknologi, mesin, kecerdasan buatan dan big data.


(gus/gus) Next Article Insurtech Bakal Jadi Tantangan Asuransi Global di 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular