Pelaku Pasar Pantau Tensi AS-Venezuela, Harga Minyak Turun Tipis
Jakarta, CNBCÂ Indonesia-Â Harga minyak dunia bergerak melemah tipis pada perdagangan Selasa pagi (23/12/2025), dengan tensi geopolitik antara Amerika Serikat dan Venezuela kembali meningkat.
Refinitiv mencatat hingga pukul 09.55 WIB, minyak Brent berada di level US$61,99 per barel, turun dari posisi sehari sebelumnya di US$62,07 per barel, sementara WTI berada di US$57,90 per barel, turun tipis dari US$58,01 per barel.
Pelemahan ini relatif terbatas dan lebih mencerminkan aksi wait and see pelaku pasar, yang menimbang ulang dampak nyata konflik geopolitik terhadap pasokan minyak global. Meski ketegangan meningkat, pasar belum melihat gangguan suplai yang benar-benar signifikan dalam jangka sangat pendek.
Dalam sepuluh hari terakhir, Brent sempat menyentuh titik terendah di US$58,92 per barel pada 16 Desember sebelum berangsur naik hingga mendekati US$62 per barel. WTI pun mengikuti pola serupa, bergerak dari kisaran US$55 per barel menuju hampir US$58 per barel, mencerminkan meningkatnya premi risiko geopolitik di pasar minyak.
Sentimen utama datang dari Venezuela. Aktivitas pemuatan tanker minyak di negara tersebut dilaporkan menyusut tajam, menyusul langkah Amerika Serikat yang menyita dan mencoba mencegat sejumlah kapal tanker yang membawa minyak Venezuela. Tekanan ini membuat banyak kapal hanya melakukan pengiriman antarpelabuhan domestik, bukan ekspor.
Menurut laporan Reuters, kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk memblokade kapal tanker yang masuk dan keluar Venezuela di bawah sanksi telah membuat pemilik kapal berada dalam posisi siaga tinggi. Bahkan, sejumlah kapal dilaporkan memutar balik atau menunda pelayaran sambil menunggu instruksi lanjutan dari pemiliknya.
Tekanan ini menjadi pukulan terberat bagi perusahaan minyak negara PDVSA sejak sanksi AS pada 2020 yang memaksa pemangkasan produksi dan ekspor. Kondisi semakin diperburuk oleh serangan siber yang mengganggu sistem administrasi PDVSA, membuat pengiriman minyak terhambat dan jutaan barel minyak tertahan di kapal.
Ketegangan ini langsung diterjemahkan pasar sebagai ancaman terhadap pasokan global. Pada perdagangan sebelumnya, kontrak berjangka Brent dan WTI masing-masing sempat melonjak sekitar 2,4%, mencerminkan kekhawatiran investor bahwa konflik geopolitik dapat kembali memangkas suplai minyak dunia, terlebih di tengah perang Rusia-Ukraina yang belum mereda.
Meski demikian, jalur ekspor tertentu masih berjalan. Chevron, mitra utama PDVSA, dilaporkan tetap mengekspor minyak Venezuela ke Amerika Serikat di bawah izin khusus Washington. Sepanjang Desember ini, Chevron telah mengirim beberapa kargo dengan volume ratusan ribu barel per pengapalan.
Di sisi lain, Venezuela dan China mengecam keras langkah AS tersebut. Pemerintah Venezuela menyebut penyitaan kapal sebagai tindakan yang melanggar hukum internasional, sementara Beijing menilai pencegatan kapal tanker sebagai pelanggaran serius terhadap aturan maritim global.
Ke depan, pergerakan harga minyak masih akan sangat ditentukan oleh dinamika geopolitik. Selama ketegangan AS-Venezuela belum mereda dan risiko gangguan pasokan tetap membayangi, harga minyak berpeluang bertahan di level tinggi.
CNBCÂ Indonesia
(emb/emb)[Gambas:Video CNBC]