Kinerja Multifinance Makin Seret, Pembiayaan Cuma Tumbuh 1%

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Jumat, 07/11/2025 14:54 WIB
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan OJK, Agusman saat Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB September 2025. (YouTube/OJK)

Jakarta, CNBC Indonesia — Kinerja multifinance makin loyo. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per September 2025, piutang multifinance hanya tumbuh 1,07% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 507,14 triliun per September 2025. 

Angka pertumbuhan itu jauh dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada September 2024, piutang multifinance tumbuh 9,39% yoy. Secara bulanan pertumbuhan multifinance juga melambat, di mana pada Agustus 2025 tumbuh 1,26% yoy.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan OJK Agusman mengatakan bahwa profil risiko multifinance per September 2025 berada di level 2,47% untuk NPF gross dan 0,84% NPF net. 


"Dengan gearing ratio 2,17x atau di bawah batas maksimal 10x," katanya dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB Oktober 2025, Jumat (7/11/2025).

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan pelemahan pertumbuhan piutang multifinance terjadi karena daya beli masyarakat belum pulih. Meski kucuran likuitaditas ke perbankan telah turun, namun dampaknya butuh waktu untuk dirasakan sektor riil.

"Walaupun kucuran dana sudah turun kan, ya kita tetap tergantung dari customer atau daya beli, daya belinya ini yang turun. Itu kan (solusinya) harus ada produksi, ciptakan lapangan pekerjaan. Jadi perlu beberapa waktu ya," kata Suwandi kepada CNBC Indonesia, Selasa, (14/10/2025).

Menurutnya, siklus ekonomi tidak bisa berjalan instan karena pinjaman yang disalurkan baru akan berdampak jika mendorong aktivitas produksi dan penjualan. Namun, proses ini baru akan efektif bila masyarakat memiliki pekerjaan dan penghasilan yang cukup untuk berbelanja.

Suwandi menambahkan, pelaku industri kini menunggu langkah konkret dari Menteri Keuangan Purbaya.

"ini juga kita lagi tunggu dari Pak Purbaya, katanya akan ada, tidak dikenakan pajak, ini dan itunya dan segalanya. Itu ya mungkin salah satu yang membuat nanti orang giat kembali untuk berusaha, terus nanti bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan lain-lain," kata dia.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BI Catat Lonjakan Likuiditas Perekonomian RI di Agustus 2025