Purbaya Sebut Bank Males Beri Kredit: Gak Ngapa-ngapain, Untung Gede

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
16 September 2025 15:25
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat konpres di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (15/9/2025). (CNBC Indonesi/Tri Susilo)
Foto: Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat konpres di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (15/9/2025). (CNBC Indonesi/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai lesunya penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan selama ini bukan hanya disebabkan oleh permintaan yang lemah, melainkan minimnya inovasi dan gairah para petinggi perbankan untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor riil.

Oleh sebab itu, ia menegaskan, kebijakan penempatan dana menganggur pemerintah dari Bank Indonesia ke lima bank milik pemerintah senilai Rp 200 triliun sejak akhir pekan lalu sebagai langkah untuk mendorong para petinggi bank menyalurkan pembiayaan secara lebih agresif.

Sebab, dana yang ditempatkan itu juga memiliki bunga yang harus dibayarkan bank ke pemerintah. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 276 Tahun 2025 tingkat bunga/imbal hasil yang dikenakan adalah sebesar 80,476% dari BI 7 Day Reverse Repo Rate atau BI Rate untuk rekening penempatan dalam rupiah.

"Jadi pada dasarnya saya suruh mereka berpikir sendiri. Mereka kan orang-orang pintar, cuma selama ini males karena bisa naruh di tempat yang aman, gak ngapain-ngapain, dapat spread cukup, untung yang gede," tutur Purbaya seusai rapat dengan dewan komisioner OJK di Kantor Pusat DJP, Jakarta, Selasa (16/9/2025).

Melalui penempatan dana itu, Purbaya juga telah melarang perbankan untuk menggunakan kembali pembelian surat berharga negara atau SBN. Maka, ia menganggap, ke depan para petinggi bank akan putar otak untuk menyalurkan dana ke proyek-proyek yang produktif, hingga bisa memacu gerak ekonomi.

"Mereka setiap Sabtu-Minggu main golf kali, sekarang dengan uang itu mereka berpikir, dan harusnya market base ya, mereka akan mencari proyek-proyek yang memberikan return paling tinggi dan yang paling aman dulu," ungkapnya.

"Kemudian itu kalau udah habis mereka akan cari yang lain. Tapi pada proyek yang top sekali kan pasti jumlahnya terbatas. Itu akan menimbulkan kompetensi diantara bank-bank tadi," tegas Purbaya.

Selain mendorong mereka untuk semakin gencar menyalurkan kredit, penempatan dana itu kata Purbaya juga akan memacu para bankers menurunkan suku bunga yang tinggi, supaya likuiditas yang melimpah bisa kembali bergulir untuk memberikan imbal hasil.

"Itu akan menekan suku bunga ke bawah ya, pinjaman. Dan uang yang mereka miliki juga kalau belum sempat masuk ke bank kan pasti akan mereka place di market. Jadi likuiditas perbankan juga akan bertambah dengan signifikan, jadi saya inject di titik-titik tertentu, dia akan nyebar ke sistem dengan cepat," Purbaya.

Sebagaimana diketahui, Penyaluran kredit perbankan bertumbuh lesu sepanjang tahun ini. Per Juni 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,77% secara tahunan atau year on year (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Mei 2025 sebesar 8,43% (yoy). Realisasi ini berada di bawah target pertumbuhan kredit Bank Indonesia (BI) sebesar 8% hingga 11% tahun ini.

Di tengah penyaluran kredit yang lesu itu, justru bank makin banyak yang menanamkan duitnya di surat berharga. Berdasarkan data sementara Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) BI, penempatan dana bank pada surat berharga tercatat sebesar Rp2.266,64 triliun per Mei 2025. Jumlah itu meningkat 1,9% sejak akhir Desember 2024 yang sebesar Rp2.222,61 triliun.

Secara tahunan, penempatan dana bank di surat berharga per Mei 2025, naik 4,42% dari sebelumnya Rp2.170,64 triliun.


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkeu Mau Tarik Rp 200 T 'Duit Nganggur' di BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular